MOTTO

RUKUN DAMAI

OPTIMASLISASI PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR KEMENAG KABUPATEN KONAWE MELALUI SIMADU

INTELEKTUALITAS TANPA SILAYUKTI TANPA GUNA

INTELEKTUALITAS TANPA SILAYUKTI TANPA GUNA
Disaat pengetahuan hanya menjadi sebuah ajang untuk menunjukkan intelektualitas, kewibaan, kekuasaan, kebijaksanaan...yang berujung pada rusaknya moralitas dan kedamaian kehidupan....Saraswati dalam keheningan bertanya-tanya kepada Ia atau mereka yang seperti itu...?. Aparan ta prayojananika ring hurip, ring wibhawa, ring kaprajnan, apan wyartha ika kabeh, yan tan tan hana SILAYUKTI. (Sarasamuccaya 160)

WEBSITE UTAMA KANKEMENAG KABUPATEN KONAWE

WEBSITE UTAMA KANKEMENAG KABUPATEN KONAWE
Website Kantor Kementerian Agama Kabupaten dengan alamat : "www.simadu.info", adalah Website Utama sebagai Pusat Bank Data dan Informasi bagi seluruh satker di Lingkup KanKemenag Kab. Konawe. Sedangkan Website Satker Penyelenggara Bimas Hindu Kantor Kemenag Kab. Konawe adalah website jejaring yang terintegrasi dengan Website Utama KanKemenag Kab. Konawe. Klik gambar pada link ini untuk menuju ke Website Utama KanKemenag Kab. Konawe

Selasa, 17 September 2019

Rangkuman : Seputar " Wariga Dewasa"


Rangkuman :
Seputar “WARIGA DEWASA” *)

Gbr. Identitas Rangkuman
Dirangkum oleh : I Nengah Sumendra *)

Om Swastyastu,
Renungan Perangkum :
“ Bilamana beberapa hal yang kita jalani atau lakoni dalam kehidupan ini dengan sebuah keyakinan dan kepatuhan terhadap sebuah ATURAN untuk mengukur sebuah KEBENARAN, lalu bagaimana dengan ATURAN dalam WARIGA DESA ini, apakah kita yakin dan ada dalam kepatuhan…?. Misalnya: “Seorang Penulis saja bangga dengan kemampuannya memahami “Teknik Penulisan Karya Tulis” dalam sebuah artikel-artikel karya ilmiahnya. Lalu bagaiamana kalau kita juga memahami Wariga Dewasa…?. Ternyata hidup ini berkaitan dengan renungan ini, hanyalah pergulatan untuk menguasai dan memahami dalil-dalil pembenaran untuk merasa atau mungkin dianggap hebat.
( I Nengah Sumendra, 17/09/2019 ).

Pada umumnya bagi umat Hindu di Indonesia khususnya di Bali istilah Wariga tidak asing lagi kedengarannya. Rontal-rontal atau kitab-kitab yang menguraikan tentang baik buruknya hari sering disebut dengan Wariga. Dalam ajaran Warigalah termuat pemilihan waktu/hari yang baik sebagai pedoman untuk memulai suatu pekerjaan maupun melakukan yadnya. Jadi Wariga adalah ilmu tentang perhitungan baik buruknya hari. Hari-hari itu merupakan simbulis dari benda-benda alam seperti matahari, bulan dan benda-benda angkasa lainnya. Benda-benda alam mempunyai pengaruh dalam hidup dan kehidupan ini. Memulai ajaran Wariga para umat dituntun mempergunakan waktu sebaik-baiknya, sebab hal ini memegang peranan penting dalam kehidupan manusia maupun yang lainnya.



PADEWASAN  YANG MUNCUL BERDASARKAN WEWARAN

Semua dasar pengetahuan tentang Wariga menimbulkan padewasan. Padewasan berasal dari kata Dewasa mendapan awalan pa dan akhiran an (Pa-dewasa-an). Dewasa artinya hari pilihan, hari baik. Padewasan berarti ilmu tentang hari yang baik, dewasa hayu artinya hari baik, untuk melaksanakan sesuatu. Tetapi menurut Sir Monier didalam Sanskrit-English Dictionary disebut dengan Divisa, Divisa adalah bahasa sansekerta dari akar kata Div kata kerja yang  artinya sinar. Dari kata Div ini lalu menjadi kata Divisa yaitu termasuk kata benda masculium atau neutrum berarti sorga, langit,hari.


Dari uraian tersebut di atas dapatlah diketahui bahawa kiranya kata Divisa itulah menjadi kata Dewasa artinya hari pilihan atau hari baik. Akhirnya sering terdengar ucapan hala hayuning dewasa, baik buruknya hari. Maksudnya hari itu ada baik, ada buruknya, baik untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan buruk untuk melakukan pekerjaan yang lainnya. Sebenarnya hari itu memiliki sifat relative, tergantung dari pada orang memilih untuk mempergunakannya. Pada hakekatnya kata Dewasa itu sudah mengandung pengertian hari baik untuk sesuatu kegiatan. Namun dengan demikian dalam pelaksanaannya tetap diharapkan dalam memilih hari baik itu memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang matang dan bijaksana serta dapat membedakan yang mana baik dan yang mana buruk.




Sebelum menyimak lebih jauh mengenai Wariga dengan Wewarannya maupun Padewasannya, kiranya perlu diketahui lebih dahulu bahwa ada ketentuan yang bernama Alahing sasih (Dewasa), sebagai berikut; “Wewaran alah dening Wuku, Wuku alah dening Tanggal mwang Panglong, Tanggal Mwang Panglong alah dening Sasih, Sasih alah dening Triyodasa saksi. Yang disebut dengan Triyodasa saksi aalah; Aditya (Matahari), Candra (bulan), Anila ( Angin), Agni ( Api), Apas (Toya/air), Akasa (Langit), Prethiwi (Bumi), Atma (Sanghyang Dharma), Yama (Swara), Ahas (Siang), Ratri (Malam), Sandhya ( Senja) dan Dhwaja (Pagi)”.

Selain ketentuan tersebut ada juga ketentuan lain yang mempengaruhi Padewasan itu, yang dikenal dengan nama Desa, Kala dan Tattwa. Khusus dari dasar pengetahuan wariga yaitu wewaran menimbulkan beberapa padewasan sebagai berikut;

1.      Triwara;
Pasah   : Baik untuk memisahkan dan Dewa-yadnya.
Beteng : Baik untuk mempertemukan dan manusa-yadnya.
Kajeng : Baik untuk wasiat dan untuk Bhuta-yadnya.

2.      Saptawara;
Dipilih menjadi padewasan secara umum;
Coma, Budha, Sukra, adalah baik.
Wrespati, sedang.
Redite, Anggara, Saniscara, digolongakan kurang baik.

3.      Sangawara;
Dipilih untuk padewasan;
Tulus, Dadi, tergolong baik.
Dangu, Jangur, Gigis, Nohan, Ogan, Digolongkan sedang.
Erangan, Urungan, tergolong kurang baik.          

4.      Sadwara;
Baik untuk padewasan membuat benda tajam dari besi.
      Tungleh   : Puntul/tumpul.
      Aryang    : Mangan/ tajam.
      Urukung  : Mati waja/ hilang tajamnya.
      Paniron   ;  Pungak/ sumbing.
      Was         : Puntul/ tumpul.
      Maulu     : Mangan di pisaga/ tajam sering di pinjam orang.



URIP, TEMPAT DAN DEWANYA WUKU

Bedasarkan lontar Medangkamulan diceritakan tentang wuku yang sebenarnya adalah terdiri dari 27 raja dan 2 ratu/raja putrid dibawah taklukan raja watugunung. Urutan nama-nama raja itu adalah: 1. Dewi Sintakasih. 2, Dewi Sanjiwartya. 3,Raja Giriswara. 4, Raja Kuladewa. 5, Raja Talu. 6, Raja Mrebuana. 7, Raja Waksya. 8, Raja Wariwisaya. 9, Raja Mrikjulung. 10, Raja Sungsangtaya. 11, Raja Dunggulan. 12, Raja Puspita. 13, Raja Langkir. 14, Raja Medangsu. 15, Raja Pujitpwa. 16, raja Paha. 17, Raja Kruru. 18, Raja Mrangsinga. 19, Raja Tambur. 20, Raja Madangkusa. 21, Raja Matal. 22, Raja Uye. 23, raja Ijala. 24, Raja Yuda. 25, Raja Baliraja. 26, Raja Wiugah. 27, Raja Ringgita. 28, Raja Kuwawudra. 29, Raja Sesawi. 30, Raja Watugunung.   


LETAK WUKU, URIP DAN DEWANYA SESUAI PENGIDERAN
a.    Timur/Purwa ; Urip 5. Dewa Iswara.
b.   Wuku ; Tolu (wp). Langkir. Matal. Dukut (wp).
c.    Tenggara/Ghneyan; Urip 8. Dewa Mahesora.
d.   Wuku ; Gumbreg (tp). Medangsia. Uye. Watugunung.
e.    Selatan/ Daksina ; Urip 9. Dewa Brama.
f.    Wuku : Pujut ( rt). Wariga (rt). Menail (rt, wp).
g.   Baratdaya/ Nairiti ; Urip 3. Dewa Ludra.
h.   Wuku ; Warigadian (rt). Pahang (rt). Prangbakat (rt).
i.     Barat / Pascima ; Urip 7. Dewa Mahadewa.
j.     Wuku ; Sinta. Julungwangi. Krulut (wp). Bala.
k.   Barat laut/ Wayabya ; Urip 1. Dewa Sangkara.
l.     Wuku ; Landep. Sungsang. Merakih. Ugu.
m. Utara / Uttara : urip 4. Dewa Wisnu.
n.   Wuku ; Ukir. Dungguan (wp). Tambir. Wayang.
o.   Timur laut/ Airsanya ; Urip 6. Dewa Sambhu.
p.   Wuku ; Kulantir (tp). Kuningan (tp). Medangkungan (tp). Kulawu (tp).

Keterangan ;
1)   Wuku yang berisi tanda ( rt) disebut Rangda Tiga, tidak baik untuk melangsungakan Pawiwahan.
2)   Wuku yang berisi tanda (tp) disebut wuku Tanpa Guru tidak baik melakukan pekerjaan penting (uttama), khususnya hubungan dengan belajar atau berguru.
3)   Wuku yang berisi tanda (wp) disebut wuku Was Panganten, tidak baik untuk pawiwahan dan upacara Pitra-yadnya.
4)   Setiap Wuku mempunyai umur 7 hari, perhitungannya dimulai dari hari Radite (Minggu) sampai pada hari Saniscara/Sabtu.
5)   Perhitungan Wuku dalam Pangider-ideran di mulai dari Wuku Sinta pada kiblat Pascima/ barat, bergerak kekanan wuku Landep di Wayabya/barat laut dan seterusnya satu persatu mengikuti putaran arah jarum jam.

Selain adanya mitologi wuku, urip (neftu), serta tempat wuku dalam pangder-ider, disebutkan bahwa wuku-uku itu  ada dewanya sebagai berikut;
1. Sinta :   Dewanya Bhatara Yamadipati.
2. Landep:   Dewanya Bhatara Mahadewa.
3. Ukir :   Dewanya Bhatara Maha Mahayekti.
4. Kulantir :   Dewanya Bhatara Langsur.
5. Tolu :   Dewanya Bhatara Bayu.
6. Gumbreg :   Dewanya Bhatara Cakra.
7. Wariga :  Dewanya Bhatara Asmara.
8.Warigadian   :   Dewanya Bhatara Maharesi.
9. Julungwangi :  Dewanya Bhatara Sambhu.
10. Sungsang    :  Dewanya Bhatara Gana.
11. Dunggulan : Dewanya Bhatara Kamajaya.
12. Kuningan : Dewanya Bhatara Indra.
13. Langkir:  Dewanya Bhatara Kala.
14. Medangsia :  Dewanya Bhatara Brahma.
15. Pujut :  Dewanya Bhatara Guritna.
16. Pahang :  Dewanya Bhatara Tantra.
17. Krulut  :  Dewanya Bhatara Wisnu.
18. Merakih :  Dewanya Bhatara Surenggana.
19. Tambir :  Dewanya Bhatara Siwa.
20. Medangkungan :  Dewanya Bhatara Bhasuki.
21. Matal :  Dewanya Bhatara Sakri.
22. Uye :  Dewanya Bhatara Kuwera.
23. Menail :  Dewanya Bhatara  Citragotra.
24. Prangbakat:  Dewanya Bhatara Bhisma.
25. Bala :  Dewanya Bhatara Durgha.
26. Ugu :  Dewanya Bhatara Singajalma
27. Wayang :  Dewanya Bhatara Sri.
28. Kulawu  :  Dewanya Bhatara  Sadhana.
29. Dukut :  Dewanya Bhatara Bharuna.
30. Watugunung:  Dewanya Bhatara Antabhoga.



PADEWASAN YANG MUNCUL DARI WUKU DAN PADEWASAN BERDASARKAN PERTEMUAN WEWARAN DENGAN WUKU

Dari dasar pengetahuan wariga yaitu wuku menimbulkan padewasan, demikian pula antara pertemuan wewaran dengan wuku menimbulkan beberapa padewasan sebagai berikut:

1.   Wuku Rangda Tiga; 
Wariga, warigadian, Pujut, Pahang, menahil, prangbakat, tida baik melakukan pawiwahan  (pernikahan).

2.   Wuku Tanpa Guru; 
Gumbreg, Kuningan, Medangkungan, Kulawu, tidak baik untuk mulai belajar, tidak baik melakukan pekerjaan yang penting-penting atau yadnya.

3.   Wuku Was Panganten;
Tolu, Dunggulan, Krulut, Menail, Dukut, baik untuk membuat sesuatu yang runcung, mengadakan pertemuan, membuat tembok, pundamen, lantai, membuat pagar. Tidak baik untuk Pawiwahan dan Pitra-yadnya.

4.   Wuku Salahwedi ;
Sinta, Landep, Gumbreg, Sungsang, Dunggulan, Pahang, Tambir, medangkungan, Prangbakat, Bala, wayang, watugunung. Tidak baik untuk upacara potong rambut, pernikahan dan atiwa-tiwa.

5.   Ingkel Wong :
Sinta, Wariga, Langkir, Tambir, Bala. Pantangan untuk melakukan pekerjaan yang penting-penting, manusa yadnya, pawiwahan, dan yang lainnya yang berhubungan dengan manusa kecuali hari pawetonan.

6.   Ingkel Sato;
Landep, Warigadian, Madangsia, Meangkungan, Ugu. Pantangan untuk mengambil atau memulai memelihara binatang / wewalungan suku pat.

7.   Ingkel Mina :
Ukir, Julungwangi, Pujut, metal, Wayang. Pantangan untuk mengambil, memindahkan atau mulai memelihara ikan.

8.   Ingkel Manuk: Kulantir, Sungsang, Pahang, Kulawu;
Pantangan untuk mengambil atau  mulai memelihara  binatang berkaki dua.

9.   Ingkel Taru;
Tolu, Dungulan, Krulut, Menail, Dukut. Pantangan untuk menanam, menempel, menebang pohon-pohon (taru) sehubungan dengan bahan bangunan.

10.  Ingkel Buku;
Gumbreg, Kuningan, mrakih, Prangbakat, Watugunung. Pantangan untuk menanam, menebang pohon atau tanaman yang beruas(buku) seperti tebu dan bamboo.

11.  Ratu Mangure:
Wrespati Medangkungan. Baik untuk menanam tanaman yang buahnya berbatu.

12.  Ratu Manyingal : Wrespati Matal. Baik untuk menanam papaya.

13.  Ratu Magelung; Budha Menail. Baik untuk menanam kelapa.

14.  Sri Bagia ;
Coma, Gumbreg, Pujut, Matal. Budha Kulantir, Saniscara Sinta, Bala. Baik memulai membina persahabatan.

15.  Sarik Agung;
Budha Kulantir, Dunggulan, Merakih, Bala. Tidak baik untuk memulai segala pekerjaan.

16.  Tutut Masih;
Radite Merakih, Coma Julungwangi, Langkir, Kuningan, Wayang. Anggara Krulut, Prangbakat.Wrespati Sinta. Sukra Tambir, Uye. Baik untuk melas rare, mulai mengajar / melatih ternak, membentuk perkumpulan atau organisasi, melubangi hidung sapi, mulai membuka sekolah atau perguruan.

17.  Tutur Mandi ;
Radite Ugu. Wrespati Ukir, Julungangi, Pujut, Medangkungan, Matal, Prangbakat. Sukra Landep. Saniscara Ugu. Baik untuk melakukan yang bersifat gaib/kadyatmikan, memberikan petuah/nasehat.

18.  Wuku Katadah kala Rawu;
Radite Julungwangi, Kulawu.
Coma Pahang, Prangbakat. Anggara Ukir, Krulut, Bala. Budha Kulantir. Wrespati Langkir. Sukra Tolu, Gumbreg, ugu. Sanisacara Pujut, Matal, Dukut. Tidak baik untuk segala pekerjaan yang penting atau melaksanakan yadnya.

19.  Titi Buwuk;
Radite Merakih, Ugu, Wayang, Kulawu, watugunung. Coma warigadian, Julungwangi, Medangkungan. Anggara Sinta, Wariga, Matal. Budha Landep, Kulantir, tolu, Sungsang, Pujut, Tambir, Bala. Wrespati Gumbreg, Langkir, Krulut, Uye, Prangbakat. Sukra Ukir, Dunggulan, Kuningan. Sanicara Pahang, Matal, Menail, Dukut. Baik untuk mugpug atau upacara menghilangkan segala penyakit karena kena guna-guna dan sejenisnya. Tidak baik untuk membuat tangga/banggul, tidak baik memulai pekerjaan yang penting bepergian.

20.  Tali Wangke;
Coma Uye, Menail, Prangbakat. Anggara Wayang, Kulawu, Dukut, Watugunung. Budha Landep, Ukir, Kulantir, tolu. Wrespati Wariga. Sukra Kuningan. Baik untuk memasang tali-tali ambat di sawah, dikebun dan pagar, membuat tali pengikat padi dan atap. Tidak baik untuk memulai mengerjakan benang tenun, mengambil ternak.

21.  Banyu urung ;
Radite Sinta. Coma Sinta, Landep, Wariga, Warigadian, Sungsang, Krulut, Medangkungan, Uye. Anggara Sinta, Tolu, Medangsia, Pahang, Merakih, Matal, Menail. Budha Tolu, Sungsang, Tambir, Matal, Kulawu.Wrespati Tolu, Gumbreg, Pujut, Tambir, Medangkungan, Uye, Prangbakat. Sukra Gumbreg, Dunggulan, Pujut, Krulut, kulawu, Dukut.Saniscara Kulantir, Wariga, Tambir. Baik untuk membuat bendungan, kolam. Tidak baik untuk membuat sumur.

22.  Dina Kekeren;
Radite Wariga, Warigadian, Pujut, Uye, menial, Kulawu.  Coma Landep, Gumbreg, Julungwangi, Langkir, Medangsia, Pahang, Medangkungan, Prangbakat. Anggara Sinta, Landep, Sungsang, Kuningan, Krulut, Tambir, Wayang. Budha Dunggulan, Merakih, Ugu. Wrespati Landep, Sungsang, Dunggulan, Kuningan, Krulut, Tambir, Bala, Wayang. Sukra Landep, Gumbreg, Langkir, Medangsia, Pahang, Matal, Prangbakat. Saniscara Landep, Julungwangi, Pujut, Medangkungan, Uye, menial, Kulawu. Tidak baik untuk segala Yadnya.
23.  Amerta Yoga;
Coma Landep, Krulut, Ugu, Dukut. Baik Untuk membangun perumahan.

24.  Kala Dangastra ;
Redite Kulantir. Coma Sungsang. Anggara Pahang, Merakih. Budha Medangkungan. Wrespati Dunggulan. Sukra Dunggulan, Bala, Watugunung. Saniscara Pujut, Krulut. Baik Untuk membuat tombak penangkap ikan. Tidak baik dipakai dewasa hayu.

25.  Kala Dangu ;  
Radite Tolu, Langkir, Uye, Wayang. Coma Merakih. Anggara Ukir, Gumbreg, Dunggulan, Krulut. Budha Sinta, Julungwangi, Tambir, Kulawu. Wrespati Wariga, Pujut, Prangbakat. Sukra Dunggulan, Matal, Menail, Ugu. Saniscara Warigadian, Sungsang, Dunggulan,Medangsia,Pahang, Medangkungan , Bala, Dukut, Watugunng. Tidak baik untuk bepergian dan memulai pekerjaan serta pindah tempat.

26.  Karnasula ;
Coma Sinta, Kulantir, Julungwangi. Anggara Landep, Dunggulan, Wrespati Warigadian, Dunggulan,. Sukra Ukir, Tolu, sungsang. Baik untuk membuat kentongan, bajra, kendang, kroncongan. Tidak baik membangun rumah tempat tidur, mengadakan rapat.


PENGERTIAN TANGGAL PANGLONG

Tanggal atau Pananggal disebut juga sukla paksa yang berarti bulan terang (setelah bulan mati ) adalah hari-hari setelah tilem atau bulan mati. Hari pertama setelah tilem disebut tanggal apisan (tanggal 1) begitu sampai seterusnya sampai tanggal ping 14 yang juga disebut prewani, tanggal ping 15 disebut purnama yang berarti sempurna, bulan kelihatan bulat penuh dari bumi. Sukla paksa adalah hari-hari sesudah bulan mati (tilem) yang lamanya 15 hari.

Panglong disebut juga Kresna paksa; bulan setelah purnama, waktu bulan gelap. Panglong adalah bahasa Bali dari kata “long”mendapat bunyi “ng” dan mendapat awalan “pa” (pang-long). Long artinya kurang atau tidak penuh, jadi yang dimaksud dengan Panglong adalah bulan itu tidak penuh (kurang) kelihatan dari bumi atau hari-hari sesudah purnama menuju tilem lamanya 15 hari, dari perhitugan satu(1) sampai 15, hari itulah disebut dengan panglong.

Hari pertama setelah purnama disebut Panglong pisan (1), hari kedua disebut Panglong ping pindo, dan begitu seterusnya sampai Panglong ping 14, yang juga disebut prewani dan panglong ping 15 disebut Tilem, yaitu bulan mati, bulan sama sekali tidak tampak dari bumi. Prewani sebelum tilem disebut prewanining tilem, dan prewani sebelum purnama disebut prewanining purnama. Kresna paksa adlah hari-hari setelah purnama yang lamanya 15 hari. Perhitungan dari purnama menuju tilem disebut satu sasih candra.

Tanggal Panglong itu sendiri mempunyai perhitungan baik dan buruk (hala-hayu), di samping it ada pula perhitungan sedang (Madhya). Demikian pula apabila tanggal panglong itu bertemu dengan saptawara, pancawara, sasih dan lain sebagainya, maka akan muncul padewasan baik dan buruk (hala-hayu).
Dalam Prembon Bali Agung dijelskan baik buruk sesuatu yang dikerjakan menurut tanggal panglong:
1.      Yang dikerjakan berhasil baik.
2.      Senang dan tidak ada bahaya.
3.      Yang dicari tidak dapat. 
4.      Tidak berhasil.
5.      Dapat makan dan minum.
6.      Tidak beruntung.
7.      Santosa.
8.      Buruk.
9.      Berbahaya.
10.  Sentosa.
11.  Kemana pergi akan merasa senang.
12.  Berakibat sedih atau meninggal dunia.
13.  Sentosa dan senang.
14.  Sengsara.
15.  Dicintai atau dikasihi orang. (Rsi Ananda Kusuma).

Selnjutnya di dalam buku Indik Padewasan/Wariga di uraikan hala-hayuning tanggal saja, untuk padewasan Pawiwahan (perkawinan) sebagai berikut:
Tanggal 1    : Becik, sukha rahayu.
Tanggal 2    : Becik, nyama braya asih.
Tanggal 3    : Madhya, akeh maduwe pianak.
Tanggal 4    : Kawon, balu.
Tanggal 5   : Becik, sukha rahayu.
Tanggal 6   : Kawon, kaduhkitan.
Tanggal 7   : Becik, lewih bagia.
Tanggal 8   : Kawon, hala.
Tanggal 9   : Kawon pisan, lara tan pegatan.
Tanggal 10 : Becik pisan, sugih rendah.
Tanggal 11 : Kawon, tan kesadian.
Tanggal 12 : Kawon, kelaran.
Tanggal 13 : Becik, kasadian.
Tanggal 14 : Kawon, tukaran mapuara pasha.
Tanggal 15 : kawon tan pegat kalaran ( I Wayan Tusan.1974).

                               
HALA HAYUNING DEWASA ATIWA-TIWA

Lontar Parikramaning Yama-Tattwa.
1.   Wrespati. Kliwon. Ukir, nuju Guru, hayu tuwi ika, sang Pitara manggih Siwapada.
2.   Budha, Pwon, nuju Brahma, hayu sang Pitara manggih dalan apadang, mulih ring Kawitanya.
3.   Redite nuju Kala, hayu dahat, sang Pitara manggih swargaloka, naghing kengetakna kadi nguni.
4.   Soma nuju Uma, hayu temen, sang Pitra nemu hayu.
5.   Sukra nuju Sri, hayu ika, sang Pitra manggih swarga mabale mas.

Iki dina hayu wenang ginawe kalaning Pitra-puja, Tanggal mwang Panglong sama juga hayunya:
1.      Anggara, Pwon, Ukir, dewasa rahayu temen, mlih sang Pitara ring swarga nira Bhatara Mahadewa, rahayu phalaning magawe atiwa-tiwa.
2.      Soma, Umanis Tolu, tanggal ping 10, rahayu temen, mulih sang Pitara ring swarga nira Bhatara Iswara, anghing malaba caru, apan ika was panganten ngaran.
3.      Sukra, Pahing, Gumbreg, tanggal ping 7, rahayu temen, mulih sang Pitara ring swargalako ngaran.
4.      Soma, Pahing, Warigadian, tanggal ping 5,7,11, rahayu dahat, mulih sang Pitara ring swarga bhanaloka, lewih phalanya.
5.      Budha, Umanis, tangal ping 1, 3,10,11, dahating lewih, mulih sang hyang Atma ring swarganya ring Genteng bhuwana.
6.      Sukra, Pahing, Pahang, tanggal ping 1,3,5,7,10, hayu lewih ika, mulih sang Pitara ring swarganya Sang Hyang Paramethiguru.
7.      Saniscara, Pwon, Matal, tang ping 5,7,10,13, puncak mandhi ngaran macaru janma, dahating wisesa, marga sang Pandita ratu, mulih sang Pitara ring swarga nira Bhatara ngaran.
8.      Soma, Umanis, Medhangkungan, tanggal ping 10, Was Panganten ika, rahayu lewih anghing malaba caru, mulih sang Pitara Wisnu bhuwana.
9.      Wrespati, Umanis, Ugu, rahayu temen, mulih sang Pitara ring swarga nira Bhatara Mahesora.
10.  Sukra, Umanis, Kulawu, tanggal ping 7,10,13, nemu sukha rahayu sang Pitara mulih ring swarga nira Bhatara Indra.
11.  Soma, Wage, Dukut, tanggal ping 10, 11, 13, sukha rahayu temen, mulih sang Pitara ring Wisnuloka, rahayu sang Atma ngaran.




PARIKRAMANING YAMA-TATTWA

Dewasa tan wenang hambahin atiwa-tiwa;
1.   Redite, Umanis, tan wenang anggen ngeseng sawa mwang atiwa-tiwa, Sang Hyang Agni tan hyun ngeseng sawa ika, mangkana kengetakna.
2.   Redite, Pwon, Julungwangi, dahat hala tan wenang habahin atiwa-tiwa.
3.   Anggara nuju Uma, sang Pitara tibeng kawah agni ngaran.
4.   Anggara nuju Ludra, sang Pitara tibeng agni ngaran.
5.   Pasah, Prewani, Tilem, Tanggal ping 8, 9,14, ika tan yogya atiwa-tiwa.
6.   Malih hana Prewanining dina ngaran, Soma wage, Anggara kliwon.
7.   Mwah hana Aripurnama, Aritilem, rikalaning pangalihaning ke kliwon, Saniscara Wage Medangsya prewaninya ngaran, Saniscara Dukut sama purnamanya mwang Tilemnya ngaran,  padha ya telu, telu ika ngaran tri-prewani, tri-purnama, tri-tilem ngaran, apan wuku ika mesi purnama, tilem mwang prewani, haywa kang ngangge atiwa-tiwa, ikang dina samangkana.


LING NING WARIGA GEMET
1.      Sukra, Umanis, Ukir, tanggal ping 11, Bhatara Siwa hanampi, sang hyang Atma rahayu nemu sukha.
2.      Soma, Pahing, Warigadian, tanggal ping 2, Bhatara Siwa hanampi atmanya, rahayu nemu sukha sugih, akweh kadang mitra asih.
3.      Sukra, Wage, Sinta, tanggal ping 13, Bhatara Gana hanampi atmanya, rahayu ika, kadang mitra akweh asih.
4.      Wrespati, Wage, Sinta, tanggal ping 4, Bhatara siwa hanampi atmanya, rahayu temen sugih demit.
5.      Sukra, Umanis, Merakih, tanggal ping 8, Bhatara Guru hanampi atmanya, rahayu hanemu sukha sugih habekel bhukti wekasan.
6.      Sukra, Pahing, Matal, tanggal ping…., Bhatara Paramasiwa hanampi atmanya, rahayu hanemu sukha saddha.
7.      Wrespati, Pwon, Uye, tanggal ping 9, Bhatara Siwa hanampi atmanya, rahayu mangidep sukha.
8.      Soma, Pwon, Ugu, tanggal ping 3, Bhatara Siwa hanampi atmanya, rahayu sukha sugih anemu dhana.
9.      Wrespati, Kliwon, Kulawu, tanggal ping 6, Bhatara Siwa hanampi atmanya, rahayu sukha sugih rendah sentana.
10.  Soma, Wage, Dukut, tanggal ping 11, Sang Hyang Jagatnatha hanampi atmanya, rahayu anemu pradnyan ring sastra wekasan.

Iki ling Wariga Gargha mwah Wariga Krimping.
Haywa atiwa-tiwa mwang hangentas, hamendhem mwang hangutang wangke, hala dahat ring rahina Kala Gotongan mwah Semut Sadulur.


KALA GOTONGAN NGARAN
Neptu Saptawara ditambah pancawara wilanganya 14.
Wuku, Watugunung; Sukra kliwon. Saniscara kliwon.
Wuku, Sinta: Redite pahing.
Wuku, Tolu: Sukra kliwon, Saniscara kliwon.
Wuku, Gumbreg: Redite pahing.
Wuku, Sungsang: Sukra kliwon, Saniscara kliwon.
Wuku, Dunggulan: Redite pahing.
Wuku, Medangkungan: Sukra kliwon. Saniscara kliwon.
Wuku, Matal: Redite pahing.
Wuku, Bala: Sukra kliwon. Saniscara kliwon.
Wuku, Ugu: Radite kliwon. Saniscara kliwon.


SEMUT SIDULUR NGARAN
Neptu Saptawara lawan Pancawara wilanganya 13.
Wuku, Kulantir: Sukra pwon. Saniscara Umanis.
Wuku, Tolu: Redite kliwon.
Wuku, Julungwangi: Sukra pwon. Saniscara Umanis.
Wuku, Sungsang: Redite kliwon.
Wuku, Medangsia: Sukra pwon. Saniscara Umanis.
Wuku, Pujut: Redite kliwon.
Wuku, Tambir: Sukra pwon. Saniscara Umanis.
Wuku, Medangkungan: Redite kliwon.
Wuku, Prangbakat: Sukra pwon. Saniscara Umanis.
Wuku, Bala: Redite kliwon.
Wuku, Dukut: Sukra pwon. Saniscara Umanis.
Wuku, Watugunung: Redite kliwon.



LING NING LONTAR EKA PRETTAMA
Dewasa tan eanang atiwa-tiwa.
1.       Tan wenang hambahin; Saniscara kliwon, Budha kliwon, Budha wage, Prewani, Purnama mwang Tilem, Dora/pasha, ika kabeh tan wenang hambahin atiwa-tiwa.
2.       Yan wanga mati nuju, Saniscara kliwon, Budha kliwon, Budha wage, Prewani, Purnama mwang Tilem, Dora/pasha, Kala Gotongan, Semut Sidulur, haywa atiwa-tiwa rahina ika, yan hana sasengkeran desa, ring wengi juga atiwa-tiwa nghing pendhem.
3.       Mwah yan sra murug atiwa-tiwa, angeseng nuju, Saniscara kliwon, Bdha kliwon, Budha wage, Pewani, Purnama, Tilem, Dora/pasha, Kala Gotongan, Semut Sidulur, duhka Bhataa Sinuhun Kidul, rug ikang rat, tan hurun keni sasab mrana, mati sadina-dina, hanulu wwang andha bhuwana, mangkana phalanya.


IKI LING NING LNTAR PANGALIHAN TRI LINGGA
Iki tata kramaning dewasa atiwa-tiwa ngaran, ling nira Bhatara Guru, ring Bhatara Dharma, iti swarga ngaran, patetiwan ring madhyapadha, buwat manemu swarga, mwah sasilan nira Bhatara Paramasiwa, Dewa angangge swarga jati ngaran, lawan Sang Hyang Atma, pinari wretta dening Widyadhari, tan aweha ring papa naraka, kalebur ring dina iki ngaran, lwirnya; Redite Wage Landep. Redite Pwon Julungwangi, Redite wage Krulut. Redite Pwon Prangbakat, Redite Pwon Dukut, yan kalebur ring dina iki, ngaran lewih tinemu de sang Hyang Atma, yan manumitis manjanma.


NIHAN HALA HAYUNING DEWASA MANUT SASIH.
LING NING WARIGA GEMET
1.      Sasih tan wenang hambahin atiwa-tiwa, sasih ke 6,7,8,9,11,12. hala dahat, sang Pitara tan molih genah.
2.      Sasih wenang hambahin atiwa-tiwa, sasih ke 1,2,3,4,5,10. rahayu sang Pitara molihinh genah.
3.      Budha Pwon tanggal ping 9, hala dahat Gagak Anungsung pati ngaran, yan purug ika, tan pegatan banjaranya katindihin ngaben, sadina pejah, mwah Panglong ping 9, sama halanya, Gagak atunggu ring setra ngaranya.
4.      Haywa malebu ring rahina Byantara kliwon, hala dahat, apan papupuling watek Kingkara hangadang sang hyang Atma.
5.      Haywa malebu ring rahina nuju Yama mwang Kala Dasawara, hala dahat tinemunya.
6.      Wuku tan wenang anggen atiwa-tiwa, lwirnya;Dunggulan, Kuningan, Langkir, Pujut.
7.      Haywa atiwa-tiwa ring rahina; Anggara Kliwon, Budha Kliwon, Budha Wage, Saniscara Kliwon, Dora, Prewani, Purnama, Tilem, hala dahat, tekeng sang hasung dewasa anemu neraka, rawuh ring putra potrakanya.
8.      Haywa hanganyut rikala Tungleh mwang Paniron, phalanya kalebu ring kawah Pitaranya, katekeng sang angentas.
9.      haywa atiwa-tiwa nuju rahina Kala Gotongan mwang Semut Sidulur, neraka sang Pitara mwang sang akarya, tekeng babanjaranya katindihin ngeben mwah sang angentas anemu neraka.




PIAGAM CAMPUHAN UBUD
Piagam Campuhan Ubud, sebagai hasil dari Pesamuhan Agung PHDI, taggal 17 s/d 23 November 1961, yang kita hormati, memutuskan; Pelakanaan atiwa-tiwa atau epmbakaran mayat, ditetapkan menurut ketentuan dalam Yama Purana Tattwa, terutama mengenai upakara/bebantennya, dan dilaksanakan di dalam tujuh hari dengan tidak memilih Dewasa.

Ungkapan yang berbunyi. Dan dilaksanakan di dalam tujuh hari dengan tidak memilih Dewasa, perlu juga di renungkan kembali dengan penjelasan-penjelasan yang gambling, supaya tidak menimbulkan penapsiran yang berbeda-beda, memperhatikan uraian lontar-lontar sumber padewasan tersebut di atas, menurut hemat penulis yang dimaksud anatara lain :
1.      Di dalam tujuh hari tidak memilih dewasa dalam artian masih memperhitungkan Desa Kala Tattwa. Misalnya jika ada yang sedang melaksanakan Piodalan atau Dewa-yadnya di pura Kahyangan Tiga, maupun kahyangan yang lainnya salah satu wilayah Desa Adat, janganlah hendaknya melaksanakan atiwa-tiwa.
2.      Dalam tujuh hari tidak memilih dewasa, hendaknya masih tetap memilih hari-hari yang paling baik, yang memungkinkan untuk atiwa-tiwa, dengan menghindari pantangan-pantangan atau larangan Padewasan atiwa-tiwa, seperti; Saniscara Kliwon, Budha Kliwon, Budha Wage, Anggara Kliwon Dora, Prewani, Purnama, Tilem, Kala Gotongan, Semt Sidulur, rahina patirthan utawi panhuman Ida Bhatara ring Kahyangan Tiga mwah  pahuman ring Mrajan, Paibon dan Panti sang adrewe kematian.
3.      Jalan keluarnya, jika ada orang yang meninggal pada waktu itu, ialah; Dengan cara di pendhem atau di kubur, pelaksanaannya pada malam hari atau menjelang pagi (Tatas lemah), tanpa upacara atiwa-tiwa, dan tempat pemakamannya (gegumuk) di isi bamboo yang disebut dengan peloncor, sebagai sibolis belum di kebmikannya sebagi mana mestinya. Bila sudah dating saat hari baik untuk melaksanakan atiwa-tiwa, barulah di upacarai serta malalui peloncor tirtha di masukan, kemudian di caut dan bekas peloncor ditutup dengan tanah.


HALA HAYUNING SASIH ANGGEN RING PAWIWAHAN
Sasih Kasa ; Hala, Putranya kasangsaran.
Sasih Karo ; Dahat hala, Dahat Kasangsaran.
Sasih Katiga; Madhya, Akweh putra.
Sasih Kapat ; Hayu, Sugih rendah, lewih hayu.
Sasih Kalima; Hayu, Tan kirang pangan kinum, istri tresna.
Sasih kanem ; Hala, Balu, sane lanang doyan mati.
Sasih kepitu ; Hayu, Lewih bagya.
Sasih Kawulu; Hala, Tan pegat manggih duhka mabara.
Sasih Kasangha; Hala, Dahat kasedihan, kapegatan sangu.
Sasih Kadasa ; Hayu, Sugih rendah, sukha wirya.
Sasih Jyesta ; Hala, Mangguh wiring.
Sasih Asada ; Hala, Tan surud mangguh hala.


HALA HAYUNING WUKU RING PAWIWAHAN :
Wuku Sinta ; Hala.  Landep :Madhya. Ukir; Hayu. Kulantir; Hayu.
Wuku Tolu ; Hayu. Gumbreg ; Hala.  Wariga ; Hala. Warigadian; Madhya. Julungwangi; Hayu. Sungsang; Hayu. Dunggulan; Hala. Kuningan; Hala. Langkir; Hala. Medangsia; Hala. Pujut; Hala. Pahang; Hala. Krulut; Hayu. Merakih; Hayu. Tambir; Hala. Medangkungan; Hayu. Matal; Hayu. Uye; Hayu. Menail; Hayu. Prangbakat; Madhya. Bala; Hala. Ugu; Madhya. Wayang ; Hala. Kulawu; Madhya. Dukut; Hayu. Watugunung.


HALA HAYUNING SAPTAWARA RING  PAWIWAHAN :
Redite; Hala, Doyan palas mwang katinggalan, istri tidak setia.
Soma ; Hayu, Lewih bagia, istri setia.
Anggara; Hala, doyan tukaran, kasangsaran.
Budha ; Hayu, Rahayu nemu bagia, werdi putra.
Wrespati; Hayu, rahayu temen, kinasihing jana, swami isrti rukun.
Sukra ; Hayu, Rahayu temen, sukha wibuh wirya, lewihing upabhoga.
Saniscara; Hala, doyan tukaran, selalu dirundung kemalangan.   



Semoga Bermanfaat,
Om Subhamastu. Om Santih, Santih, Santih Om
Unaaha, 17 September 2010

( Koleksi Pribadi Mendrajyothi )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar