Rangkuman :
Seputar “WARIGA DEWASA” *)
Gbr. Identitas Rangkuman Dirangkum oleh : I Nengah Sumendra *) |
Om Swastyastu,
Renungan Perangkum :
“ Bilamana beberapa hal yang
kita jalani atau lakoni dalam kehidupan ini dengan sebuah keyakinan dan
kepatuhan terhadap sebuah ATURAN untuk mengukur sebuah KEBENARAN, lalu
bagaimana dengan ATURAN dalam WARIGA DESA ini, apakah kita yakin dan ada dalam
kepatuhan…?. Misalnya: “Seorang Penulis saja bangga dengan kemampuannya memahami
“Teknik Penulisan Karya Tulis” dalam sebuah artikel-artikel karya ilmiahnya. Lalu
bagaiamana kalau kita juga memahami Wariga Dewasa…?. Ternyata hidup ini
berkaitan dengan renungan ini, hanyalah pergulatan untuk menguasai dan memahami
dalil-dalil pembenaran untuk merasa atau mungkin dianggap hebat.
( I Nengah Sumendra,
17/09/2019 ).
Pada umumnya bagi umat Hindu di
Indonesia khususnya di Bali istilah Wariga tidak asing lagi kedengarannya.
Rontal-rontal atau kitab-kitab yang menguraikan tentang baik buruknya hari
sering disebut dengan Wariga. Dalam ajaran Warigalah termuat pemilihan
waktu/hari yang baik sebagai pedoman untuk memulai suatu pekerjaan maupun
melakukan yadnya. Jadi Wariga adalah ilmu tentang perhitungan baik buruknya
hari. Hari-hari itu merupakan simbulis dari benda-benda alam seperti matahari,
bulan dan benda-benda angkasa lainnya. Benda-benda alam mempunyai pengaruh
dalam hidup dan kehidupan ini. Memulai ajaran Wariga para umat dituntun
mempergunakan waktu sebaik-baiknya, sebab hal ini memegang peranan penting
dalam kehidupan manusia maupun yang lainnya.
PADEWASAN YANG MUNCUL BERDASARKAN WEWARAN
Semua dasar pengetahuan tentang
Wariga menimbulkan padewasan. Padewasan berasal dari kata Dewasa mendapan awalan pa
dan akhiran an (Pa-dewasa-an). Dewasa
artinya hari pilihan, hari baik. Padewasan berarti ilmu tentang hari yang baik,
dewasa hayu artinya hari baik, untuk melaksanakan sesuatu. Tetapi menurut Sir
Monier didalam Sanskrit-English Dictionary disebut dengan Divisa, Divisa adalah bahasa sansekerta dari akar kata Div kata kerja yang artinya sinar. Dari kata Div ini lalu menjadi
kata Divisa yaitu termasuk kata benda masculium atau neutrum berarti sorga,
langit,hari.
Dari uraian tersebut di atas
dapatlah diketahui bahawa kiranya kata Divisa
itulah menjadi kata Dewasa artinya
hari pilihan atau hari baik. Akhirnya sering terdengar ucapan hala hayuning dewasa, baik buruknya hari.
Maksudnya hari itu ada baik, ada buruknya, baik untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dan buruk untuk melakukan pekerjaan yang lainnya. Sebenarnya hari itu
memiliki sifat relative, tergantung dari pada orang memilih untuk
mempergunakannya. Pada hakekatnya kata Dewasa itu sudah mengandung pengertian
hari baik untuk sesuatu kegiatan. Namun dengan demikian dalam pelaksanaannya
tetap diharapkan dalam memilih hari baik itu memerlukan
pertimbangan-pertimbangan yang matang dan bijaksana serta dapat membedakan yang
mana baik dan yang mana buruk.
Sebelum menyimak lebih jauh
mengenai Wariga dengan Wewarannya maupun Padewasannya, kiranya perlu diketahui
lebih dahulu bahwa ada ketentuan yang bernama Alahing sasih (Dewasa), sebagai
berikut; “Wewaran alah dening Wuku, Wuku alah dening Tanggal mwang Panglong,
Tanggal Mwang Panglong alah dening Sasih, Sasih alah dening Triyodasa saksi. Yang
disebut dengan Triyodasa saksi aalah; Aditya (Matahari), Candra (bulan), Anila
( Angin), Agni ( Api), Apas (Toya/air), Akasa (Langit), Prethiwi (Bumi), Atma
(Sanghyang Dharma), Yama (Swara), Ahas (Siang), Ratri (Malam), Sandhya ( Senja)
dan Dhwaja (Pagi)”.
Selain ketentuan tersebut ada
juga ketentuan lain yang mempengaruhi Padewasan itu, yang dikenal dengan nama
Desa, Kala dan Tattwa. Khusus dari dasar pengetahuan wariga yaitu wewaran
menimbulkan beberapa padewasan sebagai berikut;
1.
Triwara;
Pasah : Baik untuk memisahkan dan Dewa-yadnya.
Beteng : Baik
untuk mempertemukan dan manusa-yadnya.
Kajeng : Baik
untuk wasiat dan untuk Bhuta-yadnya.
2.
Saptawara;
Dipilih menjadi
padewasan secara umum;
Coma, Budha,
Sukra, adalah baik.
Wrespati,
sedang.
Redite,
Anggara, Saniscara, digolongakan kurang baik.
3.
Sangawara;
Dipilih untuk
padewasan;
Tulus, Dadi,
tergolong baik.
Dangu, Jangur,
Gigis, Nohan, Ogan, Digolongkan sedang.
Erangan,
Urungan, tergolong kurang baik.
4.
Sadwara;
Baik untuk
padewasan membuat benda tajam dari besi.
Tungleh
: Puntul/tumpul.
Aryang
: Mangan/ tajam.
Urukung
: Mati waja/ hilang tajamnya.
Paniron
; Pungak/ sumbing.
Was
: Puntul/ tumpul.
Maulu
: Mangan di pisaga/ tajam sering di pinjam orang.
URIP, TEMPAT DAN DEWANYA WUKU
Bedasarkan lontar Medangkamulan
diceritakan tentang wuku yang sebenarnya adalah terdiri dari 27 raja dan 2
ratu/raja putrid dibawah taklukan raja watugunung. Urutan nama-nama raja itu
adalah: 1. Dewi Sintakasih. 2, Dewi Sanjiwartya. 3,Raja Giriswara. 4, Raja
Kuladewa. 5, Raja Talu. 6, Raja Mrebuana. 7, Raja Waksya. 8, Raja Wariwisaya.
9, Raja Mrikjulung. 10, Raja Sungsangtaya. 11, Raja Dunggulan. 12, Raja
Puspita. 13, Raja Langkir. 14, Raja Medangsu. 15, Raja Pujitpwa. 16, raja Paha.
17, Raja Kruru. 18, Raja Mrangsinga. 19, Raja Tambur. 20, Raja Madangkusa. 21,
Raja Matal. 22, Raja Uye. 23, raja Ijala. 24, Raja Yuda. 25, Raja Baliraja. 26,
Raja Wiugah. 27, Raja Ringgita. 28, Raja Kuwawudra. 29, Raja Sesawi. 30, Raja
Watugunung.
LETAK WUKU, URIP DAN DEWANYA SESUAI
PENGIDERAN
a. Timur/Purwa
; Urip 5. Dewa Iswara.
b. Wuku
; Tolu (wp). Langkir. Matal. Dukut (wp).
c. Tenggara/Ghneyan;
Urip 8. Dewa Mahesora.
d. Wuku
; Gumbreg (tp). Medangsia. Uye. Watugunung.
e. Selatan/
Daksina ; Urip 9. Dewa Brama.
f. Wuku
: Pujut ( rt). Wariga (rt). Menail (rt, wp).
g. Baratdaya/
Nairiti ; Urip 3. Dewa Ludra.
h. Wuku
; Warigadian (rt). Pahang (rt). Prangbakat (rt).
i. Barat
/ Pascima ; Urip 7. Dewa Mahadewa.
j. Wuku
; Sinta. Julungwangi. Krulut (wp). Bala.
k. Barat
laut/ Wayabya ; Urip 1. Dewa Sangkara.
l. Wuku
; Landep. Sungsang. Merakih. Ugu.
m. Utara
/ Uttara : urip 4. Dewa Wisnu.
n. Wuku
; Ukir. Dungguan (wp). Tambir. Wayang.
o. Timur
laut/ Airsanya ; Urip 6. Dewa Sambhu.
p. Wuku
; Kulantir (tp). Kuningan (tp). Medangkungan (tp). Kulawu (tp).
Keterangan ;
1)
Wuku yang berisi tanda ( rt) disebut Rangda Tiga, tidak
baik untuk melangsungakan Pawiwahan.
2)
Wuku yang berisi tanda (tp) disebut wuku Tanpa Guru
tidak baik melakukan pekerjaan penting (uttama), khususnya hubungan dengan
belajar atau berguru.
3)
Wuku yang berisi tanda (wp) disebut wuku Was Panganten,
tidak baik untuk pawiwahan dan upacara Pitra-yadnya.
4)
Setiap Wuku mempunyai umur 7 hari, perhitungannya
dimulai dari hari Radite (Minggu) sampai pada hari Saniscara/Sabtu.
5)
Perhitungan Wuku dalam Pangider-ideran di mulai dari
Wuku Sinta pada kiblat Pascima/ barat, bergerak kekanan wuku Landep di
Wayabya/barat laut dan seterusnya satu persatu mengikuti putaran arah jarum
jam.
Selain adanya mitologi wuku, urip
(neftu), serta tempat wuku dalam pangder-ider, disebutkan bahwa wuku-uku
itu ada dewanya sebagai berikut;
1. Sinta : Dewanya Bhatara Yamadipati.
2. Landep: Dewanya Bhatara Mahadewa.
3. Ukir : Dewanya Bhatara Maha Mahayekti.
4. Kulantir : Dewanya Bhatara Langsur.
5. Tolu : Dewanya Bhatara Bayu.
6. Gumbreg : Dewanya Bhatara Cakra.
7. Wariga : Dewanya Bhatara Asmara.
8.Warigadian : Dewanya
Bhatara Maharesi.
9. Julungwangi : Dewanya Bhatara Sambhu.
10. Sungsang : Dewanya Bhatara Gana.
11. Dunggulan : Dewanya Bhatara
Kamajaya.
12. Kuningan : Dewanya Bhatara
Indra.
13. Langkir: Dewanya Bhatara Kala.
14. Medangsia : Dewanya Bhatara Brahma.
15. Pujut : Dewanya Bhatara Guritna.
16. Pahang : Dewanya Bhatara Tantra.
17. Krulut :
Dewanya Bhatara Wisnu.
18. Merakih : Dewanya Bhatara Surenggana.
19. Tambir : Dewanya Bhatara Siwa.
20. Medangkungan : Dewanya Bhatara Bhasuki.
21. Matal : Dewanya Bhatara Sakri.
22. Uye : Dewanya Bhatara Kuwera.
23. Menail : Dewanya Bhatara Citragotra.
24. Prangbakat: Dewanya Bhatara Bhisma.
25. Bala : Dewanya Bhatara Durgha.
26. Ugu : Dewanya Bhatara Singajalma
27. Wayang : Dewanya Bhatara Sri.
28. Kulawu :
Dewanya Bhatara Sadhana.
29. Dukut : Dewanya Bhatara Bharuna.
30. Watugunung: Dewanya Bhatara Antabhoga.
PADEWASAN YANG MUNCUL DARI WUKU DAN
PADEWASAN BERDASARKAN PERTEMUAN WEWARAN DENGAN WUKU
Dari dasar pengetahuan wariga
yaitu wuku menimbulkan padewasan, demikian pula antara pertemuan wewaran dengan
wuku menimbulkan beberapa padewasan sebagai berikut:
1.
Wuku Rangda
Tiga;
Wariga, warigadian,
Pujut, Pahang, menahil, prangbakat, tida baik melakukan pawiwahan (pernikahan).
2.
Wuku Tanpa
Guru;
Gumbreg,
Kuningan, Medangkungan, Kulawu, tidak baik untuk mulai belajar, tidak baik
melakukan pekerjaan yang penting-penting atau yadnya.
3.
Wuku Was
Panganten;
Tolu,
Dunggulan, Krulut, Menail, Dukut, baik untuk membuat sesuatu yang runcung,
mengadakan pertemuan, membuat tembok, pundamen, lantai, membuat pagar. Tidak
baik untuk Pawiwahan dan Pitra-yadnya.
4.
Wuku
Salahwedi ;
Sinta, Landep,
Gumbreg, Sungsang, Dunggulan, Pahang, Tambir, medangkungan, Prangbakat, Bala,
wayang, watugunung. Tidak baik untuk upacara potong rambut, pernikahan dan
atiwa-tiwa.
5.
Ingkel Wong :
Sinta, Wariga,
Langkir, Tambir, Bala. Pantangan untuk melakukan pekerjaan yang penting-penting,
manusa yadnya, pawiwahan, dan yang lainnya yang berhubungan dengan manusa
kecuali hari pawetonan.
6.
Ingkel Sato;
Landep,
Warigadian, Madangsia, Meangkungan, Ugu. Pantangan untuk mengambil atau memulai
memelihara binatang / wewalungan suku pat.
7.
Ingkel Mina :
Ukir,
Julungwangi, Pujut, metal, Wayang. Pantangan
untuk mengambil, memindahkan atau mulai memelihara ikan.
8.
Ingkel Manuk:
Kulantir, Sungsang, Pahang, Kulawu;
Pantangan
untuk mengambil atau mulai memelihara binatang berkaki dua.
9.
Ingkel Taru;
Tolu,
Dungulan, Krulut, Menail, Dukut. Pantangan untuk menanam, menempel, menebang
pohon-pohon (taru) sehubungan dengan bahan bangunan.
10. Ingkel Buku;
Gumbreg,
Kuningan, mrakih, Prangbakat, Watugunung. Pantangan untuk menanam, menebang
pohon atau tanaman yang beruas(buku) seperti tebu dan bamboo.
11.
Ratu Mangure:
Wrespati
Medangkungan. Baik untuk menanam tanaman yang buahnya berbatu.
12.
Ratu
Manyingal : Wrespati Matal. Baik untuk menanam papaya.
13.
Ratu Magelung;
Budha Menail. Baik untuk menanam kelapa.
14.
Sri Bagia ;
Coma, Gumbreg,
Pujut, Matal. Budha Kulantir, Saniscara Sinta, Bala. Baik memulai membina
persahabatan.
15.
Sarik Agung;
Budha Kulantir,
Dunggulan, Merakih, Bala. Tidak baik untuk memulai segala pekerjaan.
16.
Tutut Masih;
Radite Merakih,
Coma Julungwangi, Langkir, Kuningan, Wayang. Anggara Krulut, Prangbakat.Wrespati
Sinta. Sukra Tambir, Uye. Baik untuk melas rare, mulai mengajar / melatih
ternak, membentuk perkumpulan atau organisasi, melubangi hidung sapi, mulai
membuka sekolah atau perguruan.
17.
Tutur Mandi ;
Radite Ugu.
Wrespati Ukir, Julungangi, Pujut, Medangkungan, Matal, Prangbakat. Sukra
Landep. Saniscara Ugu. Baik untuk melakukan yang bersifat gaib/kadyatmikan,
memberikan petuah/nasehat.
18.
Wuku Katadah
kala Rawu;
Radite
Julungwangi, Kulawu.
Coma Pahang,
Prangbakat. Anggara Ukir, Krulut, Bala. Budha Kulantir. Wrespati Langkir. Sukra
Tolu, Gumbreg, ugu. Sanisacara Pujut, Matal, Dukut. Tidak baik untuk segala
pekerjaan yang penting atau melaksanakan yadnya.
19.
Titi Buwuk;
Radite Merakih,
Ugu, Wayang, Kulawu, watugunung. Coma warigadian, Julungwangi, Medangkungan.
Anggara Sinta, Wariga, Matal. Budha Landep, Kulantir, tolu, Sungsang, Pujut,
Tambir, Bala. Wrespati Gumbreg, Langkir, Krulut, Uye, Prangbakat. Sukra Ukir,
Dunggulan, Kuningan. Sanicara Pahang, Matal, Menail, Dukut. Baik untuk mugpug
atau upacara menghilangkan segala penyakit karena kena guna-guna dan
sejenisnya. Tidak baik untuk membuat tangga/banggul, tidak baik memulai
pekerjaan yang penting bepergian.
20.
Tali Wangke;
Coma Uye,
Menail, Prangbakat. Anggara Wayang, Kulawu, Dukut, Watugunung. Budha Landep,
Ukir, Kulantir, tolu. Wrespati Wariga. Sukra Kuningan. Baik untuk memasang
tali-tali ambat di sawah, dikebun dan pagar, membuat tali pengikat padi dan
atap. Tidak baik untuk memulai mengerjakan benang tenun, mengambil ternak.
21.
Banyu urung
;
Radite Sinta. Coma
Sinta, Landep, Wariga, Warigadian, Sungsang, Krulut, Medangkungan, Uye. Anggara Sinta, Tolu, Medangsia,
Pahang, Merakih, Matal, Menail. Budha
Tolu, Sungsang, Tambir, Matal, Kulawu.Wrespati Tolu, Gumbreg, Pujut, Tambir,
Medangkungan, Uye, Prangbakat. Sukra
Gumbreg, Dunggulan, Pujut, Krulut, kulawu, Dukut.Saniscara Kulantir, Wariga,
Tambir. Baik untuk membuat bendungan, kolam. Tidak baik untuk membuat sumur.
22.
Dina Kekeren;
Radite Wariga,
Warigadian, Pujut, Uye, menial, Kulawu. Coma
Landep, Gumbreg, Julungwangi, Langkir, Medangsia, Pahang, Medangkungan,
Prangbakat. Anggara Sinta, Landep, Sungsang, Kuningan, Krulut, Tambir, Wayang. Budha
Dunggulan, Merakih, Ugu. Wrespati Landep, Sungsang, Dunggulan, Kuningan,
Krulut, Tambir, Bala, Wayang. Sukra Landep, Gumbreg, Langkir, Medangsia,
Pahang, Matal, Prangbakat. Saniscara Landep, Julungwangi, Pujut, Medangkungan,
Uye, menial, Kulawu. Tidak baik untuk segala Yadnya.
23.
Amerta Yoga;
Coma Landep,
Krulut, Ugu, Dukut. Baik Untuk membangun perumahan.
24. Kala Dangastra ;
Redite
Kulantir. Coma Sungsang. Anggara Pahang, Merakih. Budha Medangkungan. Wrespati
Dunggulan. Sukra Dunggulan, Bala, Watugunung. Saniscara Pujut, Krulut. Baik
Untuk membuat tombak penangkap ikan. Tidak baik dipakai dewasa hayu.
25.
Kala Dangu ;
Radite Tolu,
Langkir, Uye, Wayang. Coma Merakih. Anggara Ukir, Gumbreg, Dunggulan, Krulut.
Budha Sinta, Julungwangi, Tambir, Kulawu. Wrespati Wariga, Pujut, Prangbakat.
Sukra Dunggulan, Matal, Menail, Ugu. Saniscara Warigadian, Sungsang,
Dunggulan,Medangsia,Pahang, Medangkungan , Bala, Dukut, Watugunng. Tidak baik
untuk bepergian dan memulai pekerjaan serta pindah tempat.
26.
Karnasula ;
Coma Sinta,
Kulantir, Julungwangi. Anggara Landep, Dunggulan, Wrespati Warigadian,
Dunggulan,. Sukra Ukir, Tolu, sungsang. Baik untuk membuat kentongan, bajra,
kendang, kroncongan. Tidak baik membangun rumah tempat tidur, mengadakan rapat.
PENGERTIAN
TANGGAL PANGLONG
Tanggal atau Pananggal disebut
juga sukla paksa yang berarti bulan terang (setelah bulan mati ) adalah
hari-hari setelah tilem atau bulan mati. Hari pertama setelah tilem disebut tanggal
apisan (tanggal 1) begitu sampai seterusnya sampai tanggal ping 14 yang juga
disebut prewani, tanggal ping 15 disebut purnama yang berarti sempurna, bulan
kelihatan bulat penuh dari bumi. Sukla paksa adalah hari-hari sesudah bulan
mati (tilem) yang lamanya 15 hari.
Panglong disebut juga Kresna
paksa; bulan setelah purnama, waktu bulan gelap. Panglong adalah bahasa Bali
dari kata “long”mendapat bunyi “ng” dan mendapat awalan “pa” (pang-long). Long
artinya kurang atau tidak penuh, jadi yang dimaksud dengan Panglong adalah
bulan itu tidak penuh (kurang) kelihatan dari bumi atau hari-hari sesudah
purnama menuju tilem lamanya 15 hari, dari perhitugan satu(1) sampai 15, hari
itulah disebut dengan panglong.
Hari pertama setelah purnama
disebut Panglong pisan (1), hari kedua disebut Panglong ping pindo, dan begitu
seterusnya sampai Panglong ping 14, yang juga disebut prewani dan panglong ping
15 disebut Tilem, yaitu bulan mati, bulan sama sekali tidak tampak dari bumi.
Prewani sebelum tilem disebut prewanining tilem, dan prewani sebelum purnama
disebut prewanining purnama. Kresna paksa adlah hari-hari setelah purnama yang
lamanya 15 hari. Perhitungan dari purnama menuju tilem disebut satu sasih
candra.
Tanggal Panglong itu sendiri
mempunyai perhitungan baik dan buruk (hala-hayu), di samping it ada pula
perhitungan sedang (Madhya). Demikian pula apabila tanggal panglong itu bertemu
dengan saptawara, pancawara, sasih dan lain sebagainya, maka akan muncul
padewasan baik dan buruk (hala-hayu).
Dalam Prembon Bali Agung
dijelskan baik buruk sesuatu yang dikerjakan menurut tanggal panglong:
1.
Yang dikerjakan berhasil baik.
2.
Senang dan tidak ada bahaya.
3.
Yang dicari tidak dapat.
4.
Tidak berhasil.
5.
Dapat makan dan minum.
6.
Tidak beruntung.
7.
Santosa.
8.
Buruk.
9.
Berbahaya.
10. Sentosa.
11. Kemana
pergi akan merasa senang.
12. Berakibat
sedih atau meninggal dunia.
13. Sentosa
dan senang.
14. Sengsara.
15. Dicintai
atau dikasihi orang. (Rsi Ananda Kusuma).
Selnjutnya di dalam buku Indik
Padewasan/Wariga di uraikan hala-hayuning tanggal saja, untuk padewasan
Pawiwahan (perkawinan) sebagai berikut:
Tanggal 1 : Becik, sukha rahayu.
Tanggal 2 : Becik, nyama braya asih.
Tanggal 3 : Madhya, akeh maduwe pianak.
Tanggal 4 : Kawon, balu.
Tanggal 5 : Becik, sukha rahayu.
Tanggal 6 : Kawon, kaduhkitan.
Tanggal 7 : Becik, lewih bagia.
Tanggal 8 : Kawon, hala.
Tanggal 9 : Kawon pisan, lara tan pegatan.
Tanggal 10 : Becik pisan, sugih
rendah.
Tanggal 11 : Kawon, tan kesadian.
Tanggal 12 : Kawon, kelaran.
Tanggal 13 : Becik, kasadian.
Tanggal 14 : Kawon, tukaran
mapuara pasha.
Tanggal 15 : kawon tan pegat
kalaran ( I Wayan Tusan.1974).
HALA HAYUNING DEWASA ATIWA-TIWA
Lontar Parikramaning Yama-Tattwa.
1.
Wrespati. Kliwon. Ukir, nuju Guru, hayu tuwi ika, sang
Pitara manggih Siwapada.
2.
Budha, Pwon, nuju Brahma, hayu sang Pitara manggih
dalan apadang, mulih ring Kawitanya.
3.
Redite nuju Kala, hayu dahat, sang Pitara manggih
swargaloka, naghing kengetakna kadi nguni.
4.
Soma nuju Uma, hayu temen, sang Pitra nemu hayu.
5.
Sukra nuju Sri, hayu ika, sang Pitra manggih swarga
mabale mas.
Iki dina hayu wenang ginawe
kalaning Pitra-puja, Tanggal mwang Panglong sama juga hayunya:
1.
Anggara, Pwon, Ukir, dewasa rahayu temen, mlih sang
Pitara ring swarga nira Bhatara Mahadewa, rahayu phalaning magawe atiwa-tiwa.
2.
Soma, Umanis Tolu, tanggal ping 10, rahayu temen, mulih
sang Pitara ring swarga nira Bhatara Iswara, anghing malaba caru, apan ika was
panganten ngaran.
3.
Sukra, Pahing, Gumbreg, tanggal ping 7, rahayu temen, mulih
sang Pitara ring swargalako ngaran.
4.
Soma, Pahing, Warigadian, tanggal ping 5,7,11, rahayu
dahat, mulih sang Pitara ring swarga bhanaloka, lewih phalanya.
5.
Budha, Umanis, tangal ping 1, 3,10,11, dahating lewih,
mulih sang hyang Atma ring swarganya ring Genteng bhuwana.
6.
Sukra, Pahing, Pahang, tanggal ping 1,3,5,7,10, hayu
lewih ika, mulih sang Pitara ring swarganya Sang Hyang Paramethiguru.
7.
Saniscara, Pwon, Matal, tang ping 5,7,10,13, puncak
mandhi ngaran macaru janma, dahating wisesa, marga sang Pandita ratu, mulih
sang Pitara ring swarga nira Bhatara ngaran.
8.
Soma, Umanis, Medhangkungan, tanggal ping 10, Was
Panganten ika, rahayu lewih anghing malaba caru, mulih sang Pitara Wisnu
bhuwana.
9.
Wrespati, Umanis, Ugu, rahayu temen, mulih sang Pitara
ring swarga nira Bhatara Mahesora.
10. Sukra,
Umanis, Kulawu, tanggal ping 7,10,13, nemu sukha rahayu sang Pitara mulih ring
swarga nira Bhatara Indra.
11. Soma,
Wage, Dukut, tanggal ping 10, 11, 13, sukha rahayu temen, mulih sang Pitara
ring Wisnuloka, rahayu sang Atma ngaran.
PARIKRAMANING YAMA-TATTWA
Dewasa tan wenang hambahin
atiwa-tiwa;
1.
Redite, Umanis, tan wenang anggen ngeseng sawa mwang
atiwa-tiwa, Sang Hyang Agni tan hyun ngeseng sawa ika, mangkana kengetakna.
2.
Redite, Pwon, Julungwangi, dahat hala tan wenang habahin
atiwa-tiwa.
3.
Anggara nuju Uma, sang Pitara tibeng kawah agni ngaran.
4.
Anggara nuju Ludra, sang Pitara tibeng agni ngaran.
5.
Pasah, Prewani, Tilem, Tanggal ping 8, 9,14, ika tan
yogya atiwa-tiwa.
6.
Malih hana Prewanining dina ngaran, Soma wage, Anggara
kliwon.
7.
Mwah hana Aripurnama, Aritilem, rikalaning
pangalihaning ke kliwon, Saniscara Wage Medangsya prewaninya ngaran, Saniscara
Dukut sama purnamanya mwang Tilemnya ngaran,
padha ya telu, telu ika ngaran tri-prewani, tri-purnama, tri-tilem
ngaran, apan wuku ika mesi purnama, tilem mwang prewani, haywa kang ngangge
atiwa-tiwa, ikang dina samangkana.
LING NING WARIGA GEMET
1.
Sukra, Umanis, Ukir, tanggal ping 11, Bhatara Siwa
hanampi, sang hyang Atma rahayu nemu sukha.
2.
Soma, Pahing, Warigadian, tanggal ping 2, Bhatara Siwa
hanampi atmanya, rahayu nemu sukha sugih, akweh kadang mitra asih.
3.
Sukra, Wage, Sinta, tanggal ping 13, Bhatara Gana
hanampi atmanya, rahayu ika, kadang mitra akweh asih.
4.
Wrespati, Wage, Sinta, tanggal ping 4, Bhatara siwa
hanampi atmanya, rahayu temen sugih demit.
5.
Sukra, Umanis, Merakih, tanggal ping 8, Bhatara Guru
hanampi atmanya, rahayu hanemu sukha sugih habekel bhukti wekasan.
6.
Sukra, Pahing, Matal, tanggal ping…., Bhatara
Paramasiwa hanampi atmanya, rahayu hanemu sukha saddha.
7.
Wrespati, Pwon, Uye, tanggal ping 9, Bhatara Siwa
hanampi atmanya, rahayu mangidep sukha.
8.
Soma, Pwon, Ugu, tanggal ping 3, Bhatara Siwa hanampi
atmanya, rahayu sukha sugih anemu dhana.
9.
Wrespati, Kliwon, Kulawu, tanggal ping 6, Bhatara Siwa
hanampi atmanya, rahayu sukha sugih rendah sentana.
10. Soma,
Wage, Dukut, tanggal ping 11, Sang Hyang Jagatnatha hanampi atmanya, rahayu
anemu pradnyan ring sastra wekasan.
Iki ling Wariga Gargha mwah
Wariga Krimping.
Haywa atiwa-tiwa mwang hangentas,
hamendhem mwang hangutang wangke, hala dahat ring rahina Kala Gotongan mwah
Semut Sadulur.
KALA GOTONGAN NGARAN
Neptu Saptawara ditambah
pancawara wilanganya 14.
Wuku, Watugunung; Sukra kliwon.
Saniscara kliwon.
Wuku, Sinta: Redite pahing.
Wuku, Tolu: Sukra kliwon,
Saniscara kliwon.
Wuku, Gumbreg: Redite pahing.
Wuku, Sungsang: Sukra kliwon,
Saniscara kliwon.
Wuku, Dunggulan: Redite pahing.
Wuku, Medangkungan: Sukra kliwon.
Saniscara kliwon.
Wuku, Matal: Redite pahing.
Wuku, Bala: Sukra kliwon.
Saniscara kliwon.
Wuku, Ugu: Radite kliwon. Saniscara
kliwon.
SEMUT SIDULUR NGARAN
Neptu Saptawara lawan Pancawara
wilanganya 13.
Wuku, Kulantir: Sukra pwon.
Saniscara Umanis.
Wuku, Tolu: Redite kliwon.
Wuku, Julungwangi: Sukra pwon.
Saniscara Umanis.
Wuku, Sungsang: Redite kliwon.
Wuku, Medangsia: Sukra pwon.
Saniscara Umanis.
Wuku, Pujut: Redite kliwon.
Wuku, Tambir: Sukra pwon.
Saniscara Umanis.
Wuku, Medangkungan: Redite
kliwon.
Wuku, Prangbakat: Sukra pwon.
Saniscara Umanis.
Wuku, Bala: Redite kliwon.
Wuku, Dukut: Sukra pwon.
Saniscara Umanis.
Wuku, Watugunung: Redite kliwon.
LING NING LONTAR EKA PRETTAMA
Dewasa tan eanang atiwa-tiwa.
1.
Tan wenang hambahin; Saniscara kliwon, Budha kliwon,
Budha wage, Prewani, Purnama mwang Tilem, Dora/pasha, ika kabeh tan wenang
hambahin atiwa-tiwa.
2.
Yan wanga mati nuju, Saniscara kliwon, Budha kliwon,
Budha wage, Prewani, Purnama mwang Tilem, Dora/pasha, Kala Gotongan, Semut
Sidulur, haywa atiwa-tiwa rahina ika, yan hana sasengkeran desa, ring wengi
juga atiwa-tiwa nghing pendhem.
3.
Mwah yan sra murug atiwa-tiwa, angeseng nuju, Saniscara
kliwon, Bdha kliwon, Budha wage, Pewani, Purnama, Tilem, Dora/pasha, Kala
Gotongan, Semut Sidulur, duhka Bhataa Sinuhun Kidul, rug ikang rat, tan hurun
keni sasab mrana, mati sadina-dina, hanulu wwang andha bhuwana, mangkana
phalanya.
IKI LING NING LNTAR PANGALIHAN TRI
LINGGA
Iki tata kramaning dewasa
atiwa-tiwa ngaran, ling nira Bhatara Guru, ring Bhatara Dharma, iti swarga
ngaran, patetiwan ring madhyapadha, buwat manemu swarga, mwah sasilan nira
Bhatara Paramasiwa, Dewa angangge swarga jati ngaran, lawan Sang Hyang Atma,
pinari wretta dening Widyadhari, tan aweha ring papa naraka, kalebur ring dina
iki ngaran, lwirnya; Redite Wage Landep. Redite Pwon Julungwangi, Redite wage
Krulut. Redite Pwon Prangbakat, Redite Pwon Dukut, yan kalebur ring dina iki,
ngaran lewih tinemu de sang Hyang Atma, yan manumitis manjanma.
NIHAN HALA HAYUNING DEWASA MANUT SASIH.
LING NING WARIGA GEMET
1.
Sasih tan wenang hambahin atiwa-tiwa, sasih ke
6,7,8,9,11,12. hala dahat, sang Pitara tan molih genah.
2.
Sasih wenang hambahin atiwa-tiwa, sasih ke
1,2,3,4,5,10. rahayu sang Pitara molihinh genah.
3.
Budha Pwon tanggal ping 9, hala dahat Gagak Anungsung
pati ngaran, yan purug ika, tan pegatan banjaranya katindihin ngaben, sadina
pejah, mwah Panglong ping 9, sama halanya, Gagak atunggu ring setra ngaranya.
4.
Haywa malebu ring rahina Byantara kliwon, hala dahat,
apan papupuling watek Kingkara hangadang sang hyang Atma.
5.
Haywa malebu ring rahina nuju Yama mwang Kala Dasawara,
hala dahat tinemunya.
6.
Wuku tan wenang anggen atiwa-tiwa, lwirnya;Dunggulan,
Kuningan, Langkir, Pujut.
7.
Haywa atiwa-tiwa ring rahina; Anggara Kliwon, Budha
Kliwon, Budha Wage, Saniscara Kliwon, Dora, Prewani, Purnama, Tilem, hala
dahat, tekeng sang hasung dewasa anemu neraka, rawuh ring putra potrakanya.
8.
Haywa hanganyut rikala Tungleh mwang Paniron, phalanya
kalebu ring kawah Pitaranya, katekeng sang angentas.
9.
haywa atiwa-tiwa nuju rahina Kala Gotongan mwang Semut
Sidulur, neraka sang Pitara mwang sang akarya, tekeng babanjaranya katindihin
ngeben mwah sang angentas anemu neraka.
PIAGAM CAMPUHAN UBUD
Piagam Campuhan Ubud, sebagai
hasil dari Pesamuhan Agung PHDI, taggal 17 s/d 23 November 1961, yang kita
hormati, memutuskan; Pelakanaan atiwa-tiwa atau epmbakaran mayat, ditetapkan
menurut ketentuan dalam Yama Purana Tattwa, terutama mengenai
upakara/bebantennya, dan dilaksanakan di dalam tujuh hari dengan tidak memilih
Dewasa.
Ungkapan yang berbunyi. Dan
dilaksanakan di dalam tujuh hari dengan tidak memilih Dewasa, perlu juga di
renungkan kembali dengan penjelasan-penjelasan yang gambling, supaya tidak
menimbulkan penapsiran yang berbeda-beda, memperhatikan uraian lontar-lontar
sumber padewasan tersebut di atas, menurut hemat penulis yang dimaksud anatara
lain :
1.
Di dalam tujuh hari tidak memilih dewasa dalam artian
masih memperhitungkan Desa Kala Tattwa. Misalnya jika ada yang sedang
melaksanakan Piodalan atau Dewa-yadnya di pura Kahyangan Tiga, maupun kahyangan
yang lainnya salah satu wilayah Desa Adat, janganlah hendaknya melaksanakan
atiwa-tiwa.
2.
Dalam tujuh hari tidak memilih dewasa, hendaknya masih
tetap memilih hari-hari yang paling baik, yang memungkinkan untuk atiwa-tiwa,
dengan menghindari pantangan-pantangan atau larangan Padewasan atiwa-tiwa,
seperti; Saniscara Kliwon, Budha Kliwon, Budha Wage, Anggara Kliwon Dora,
Prewani, Purnama, Tilem, Kala Gotongan, Semt Sidulur, rahina patirthan utawi
panhuman Ida Bhatara ring Kahyangan Tiga mwah
pahuman ring Mrajan, Paibon dan Panti sang adrewe kematian.
3.
Jalan keluarnya, jika ada orang yang meninggal pada
waktu itu, ialah; Dengan cara di pendhem atau di kubur, pelaksanaannya pada
malam hari atau menjelang pagi (Tatas lemah), tanpa upacara atiwa-tiwa, dan
tempat pemakamannya (gegumuk) di isi bamboo yang disebut dengan peloncor,
sebagai sibolis belum di kebmikannya sebagi mana mestinya. Bila sudah dating
saat hari baik untuk melaksanakan atiwa-tiwa, barulah di upacarai serta malalui
peloncor tirtha di masukan, kemudian di caut dan bekas peloncor ditutup dengan
tanah.
HALA HAYUNING SASIH ANGGEN RING
PAWIWAHAN
Sasih Kasa ; Hala, Putranya
kasangsaran.
Sasih Karo ; Dahat hala, Dahat
Kasangsaran.
Sasih Katiga; Madhya, Akweh
putra.
Sasih Kapat ; Hayu, Sugih rendah,
lewih hayu.
Sasih Kalima; Hayu, Tan kirang
pangan kinum, istri tresna.
Sasih kanem ; Hala, Balu, sane
lanang doyan mati.
Sasih kepitu ; Hayu, Lewih bagya.
Sasih Kawulu; Hala, Tan pegat
manggih duhka mabara.
Sasih Kasangha; Hala, Dahat
kasedihan, kapegatan sangu.
Sasih Kadasa ; Hayu, Sugih
rendah, sukha wirya.
Sasih Jyesta ; Hala, Mangguh
wiring.
Sasih Asada ; Hala, Tan surud
mangguh hala.
HALA HAYUNING WUKU RING PAWIWAHAN :
Wuku Sinta ; Hala. Landep :Madhya. Ukir; Hayu. Kulantir; Hayu.
Wuku Tolu ; Hayu. Gumbreg ;
Hala. Wariga ; Hala. Warigadian; Madhya.
Julungwangi; Hayu. Sungsang; Hayu. Dunggulan; Hala. Kuningan; Hala. Langkir;
Hala. Medangsia; Hala. Pujut; Hala. Pahang; Hala. Krulut; Hayu. Merakih; Hayu.
Tambir; Hala. Medangkungan; Hayu. Matal; Hayu. Uye; Hayu. Menail; Hayu.
Prangbakat; Madhya. Bala; Hala. Ugu; Madhya. Wayang ; Hala. Kulawu; Madhya. Dukut;
Hayu. Watugunung.
HALA HAYUNING SAPTAWARA RING
PAWIWAHAN :
Redite; Hala, Doyan palas mwang
katinggalan, istri tidak setia.
Soma ; Hayu, Lewih bagia, istri
setia.
Anggara; Hala, doyan tukaran,
kasangsaran.
Budha ; Hayu, Rahayu nemu bagia,
werdi putra.
Wrespati; Hayu, rahayu temen,
kinasihing jana, swami isrti rukun.
Sukra ; Hayu, Rahayu temen, sukha
wibuh wirya, lewihing upabhoga.
Saniscara; Hala, doyan tukaran,
selalu dirundung kemalangan.
Semoga Bermanfaat,
Om Subhamastu. Om Santih, Santih,
Santih Om
Unaaha, 17 September 2010
( Koleksi Pribadi Mendrajyothi )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar