MOTTO

RUKUN DAMAI

OPTIMASLISASI PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR KEMENAG KABUPATEN KONAWE MELALUI SIMADU

INTELEKTUALITAS TANPA SILAYUKTI TANPA GUNA

INTELEKTUALITAS TANPA SILAYUKTI TANPA GUNA
Disaat pengetahuan hanya menjadi sebuah ajang untuk menunjukkan intelektualitas, kewibaan, kekuasaan, kebijaksanaan...yang berujung pada rusaknya moralitas dan kedamaian kehidupan....Saraswati dalam keheningan bertanya-tanya kepada Ia atau mereka yang seperti itu...?. Aparan ta prayojananika ring hurip, ring wibhawa, ring kaprajnan, apan wyartha ika kabeh, yan tan tan hana SILAYUKTI. (Sarasamuccaya 160)

WEBSITE UTAMA KANKEMENAG KABUPATEN KONAWE

WEBSITE UTAMA KANKEMENAG KABUPATEN KONAWE
Website Kantor Kementerian Agama Kabupaten dengan alamat : "www.simadu.info", adalah Website Utama sebagai Pusat Bank Data dan Informasi bagi seluruh satker di Lingkup KanKemenag Kab. Konawe. Sedangkan Website Satker Penyelenggara Bimas Hindu Kantor Kemenag Kab. Konawe adalah website jejaring yang terintegrasi dengan Website Utama KanKemenag Kab. Konawe. Klik gambar pada link ini untuk menuju ke Website Utama KanKemenag Kab. Konawe

Minggu, 22 September 2019

Teologi ( Brahmawidya ) - "Upaya Manusia Memahmi Tuhan Menurut Hindu"


TEOLOGI ( BRAHMAWIDYA ) :
UPAYA MANUSIA MEMAHAMI TUHAN MENURUT HINDU *)
Oleh : Bindu Konawe - INS *)
 
Gbr. Desain Image Bindu Konawe 
Mencari Hakekat Tentang Tuhan

Tuhan… Tuhan… Tuhan…, begitulah sejak awal, pertengahan dan sampai akhir putaran zaman nanti (maha yuga), pada dimensi rohani manusia terus dalam pencarian makna tentang hakekat Tuhan. Namun kerapkali dijumpai tidak sedikit dari manusia di muka bumi ini merancukan Tuhan dengan agama. Pernyataan ini dikemukakan karena banyak hal buruk telah dilakukan oleh tidak sedikit manusia atas nama agama dan atas nama Tuhan. Bahkan tanpa disadari Tuhan sesungguhnya berada jauh melampaui semua hal ‘ini’ dan ‘itu’. Tuhan jauh melampaui intuisi pikiran dan hati manusia, jauh melampaui imajinasi manusia, jauh melampaui daya cipta karsa manusia, dan jauh pula melampaui kedigjayaan dan kesombongan manusia. Walaupun telah banyak yang menyadari hal ini, tetapi masih banyak pula dijumpai manusia atas nama Tuhan dan agama seakan-akan paling kenal dan dekat dengan Tuhan. Masih dijumpai pula dalam berbagai penganut agama mengklaim bahwa nama Tuhan yang paling tepat ada dalam bahasa agama mereka. Saling klaim-mengklaim nama Tuhan semacam ini menunjukkan bahwa agama dijadikan barang dagangan dengan kualitas yang paling No.1, padahal Tuhan Maha Sempurna tanpa harus dipromosikan dengan kesempurnaan. Meyakini dan menerapkan ajaran agama adalah upaya untuk mendekatkan diri dan memahami Tuhan. Bukan justru dijadikan ajang untuk menjauhkan diri dan melakukan pengingkaran terhadap segala Maha Tuhan itu sendiri. Mari berlomba berbuat kebajikan (dharma) untuk kedamaian semesta.

Teologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari atau membahas tentang Tuhan. Jauh beberapa abad sebelum orang mengenal istilah Teologi secara luas, dalam Hindu sudah mengenal ilmu yang mempelajari tentang Tuhan, yang dalam bahasa Sanskerta ilmu itu disebut dengan Brahmavidya. Walaupun manusia telah memiliki ilmu tentang Tuhan setinggi langit, hal itu bukan berarti manusia yang menguasai ilmu tentang Tuhan tersebut sudah paham betul tentang Tuhan. Membahas perihal Tuhan tidaklah mudah, dan tidak akan pernah selesai, sebab tidak mungkin manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan mampu mengungkap secara tuntas tentang Tuhan. Jika seandainya semua air laut bisa dijadikan tinta, dan semua daun digunakan sebagai lembar-lembar untuk menulis, maka semua itu tidak cukup untuk menuliskan perihal Kemahakuasaan Tuhan. Jika semua bahasa manusia, bahasa para binatang, dan bahasa para tumbuhan serta bahasa alam digunakan untuk mendeskripsikan tentang Tuhan juga tidak cukup. Tidak ada satu mahluk apapun yang dapat mengetahui hakikat sesungguh-sungguhnya tentang Tuhan, karena dalam Upanisad Tuhan dinyatakan neti-neti yang artinya ‘Tuhan bukan ini atau itu’. Atau istilah lain dalam bahasa Sanskerta disebutkan Tuhan bersifat acintya ‘tidak terpikirkan’. Ada juga istilah lainnya lagi, bahwa Tuhan bersifat anadi-ananta ‘tidak memiliki permulaan dan tidak memiliki akhir. Oleh sebab itu, Tuhan berada di luar definisi, rumusan, dan di luar kategori. Tidak ada siapapun yang tahu termasuk para dewa dan para maharsi juga tidak tahu tentang Tuhan. Beberapa kutipan sloka tentang Tuhan, sangat jelas dinyatakan, sebagai berikut ;

Bhagavadgita X.2 :
‘na me viduh sura-ganah,
prabhavam na maharsayah,
aham adir hi devanam,
maharsinam ca sarvasah.

Terjemahannya.
Baik para dewa maupun maha rsi, tidak mengenal asal mula-Ku, sebab dalam segala hal Aku adalah sumber para dewa dan maharûi. Oleh karena itu, pengetahuan tentang Tuhan yang disebut dengan Teologi atau Brahmavidya hanyalah pengetahuan yang kasar yang menyentuh hanya sebagian kecil dari seharusnya diketahui.

Walaupun Tuhan itu di luar dari definisi dan batasan-batasan bahasa, namun untuk kepentingan manusia memuja Tuhan, maka Tuhan melalui kitab suci memberikan peringatan akan ketidak mampuan manusia memuja Tuhan yang tidak berwujud apa-apa atau abstrak sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavadgita XII.5 :

kleso ’dhikataras tesam,
avyaktasakta-cetasam,
avyakta hi gatir duhkham,
dehavadbhir avapyate.

Terjemahannya.
Bagi mereka yang pikirannya dipusatkan kepada Yang Tak terwujud, kesulitannya lebih besar, karena sesungguhnya jalan dari Yang Tak termanifestasikan sukar dicapai oleh orang yang mempunyai badan jasmani.

Berdasarkan pada kebijaksanaan inilah, maka teologi symbol (nyasa) untuk menyimbolkan atau me-nyasa-kan yang tidak berbentuk muncul, dan secara metodis pedagogis teologis hal ini dibenarkan. Mencari Tuhan yang Transenden/Impersonal God (Nirguna Brahman) lebih sulit dari pada memuja Tuhan yang berwujud, sebagai Roh segala sesuatu yang hidup termasuk manusia, Tuhan menyelimuti seluruh partikel Atom Alam Semesta.

Bagaimana dapat memuja atau menyembah yang tanpa wujud, yang tak terbedakan, penuh kebahagiaan dan tak termusnahkan, yang melalui Tuhan dan oleh Tuhan dan pada Tuhan telah memenuhi segala sesuatunya ini dan itu ?. Mencapai tujuan yang sama dengan jalan sraddha bhakti (pengabdian) pada Tuhan yang di-pribadi-kan/Imanensi atau berpribadi/Personal God (Saguna Brahman), dengan mengalihkan segala energi, pengetahuan, kehendak dan perasaan kepada Tuhan, jauh lebih berkarakter dan rasional walaupun telah disadari bahwa Tuhan tidak mampu dikarakterkan dan dirasionalkan oleh kecerdasan daya cipta, rasa dan karsa serta oleh tutur agama apapun itu. Keyakinan dan kebijaksanaan ini sangat jelas dinyatakan dalam sloka berikut,

Bhagavadgita X.3 :
yo mam ajam anadim ca
vetti loka-maheshvaram
asammudhah sa martyesu
sarva-papaih pramucyate

Terjemahannya.
Dia yang mengetahui Aku tak terlahirkan, tanpa permulaan, penguasa perkasa seluruh dunia - diantara manusia, ia tak terbingungkan dan terhindar dari segala dosa’.

Bhagavadgita XI.47 :
maya prasannena tavarjunedam
rupam param darshitam atma-yogat
tejo-mayam vishvam anantam adyam
yan me tvad anyena na drsta-purvam

Terjemahannya.
Dengan berkah-Ku, telah Aku-perlihatkan kepadamu melalui kekuatan yoga-Ku, wahai Arjuna, Wujud Utama-Ku, yang cemerlang, universal, tak terbatas, paling utama, yang tak seorang pun kecuali engkau, yang telah melihatnya’.

Bhagavadgita XI.48 :
na veda-yajnadhyayanair na danair
na ca kriyabhir na tapobhir ugraih
evam-rupah sakya aham nr-loke
drastum tvad anyena kuru-pravira

Terjemahannya.
Bukan dengan yajña, dengan belajar Veda ataupun dengan beramal dan dengan upacara ataupun tapa brata, Aku dapat dilihat dalam rupa ini di dunia manusia oleh siapapun juga, kecuali engkau, wahai Arjuna’.

Bhagavadgita XI.52 dinyatakan:
 su-durdarsham idam rupam
drstavan asi yan mama
deva apy asya rupasya
nityam darshana-kanksinah

Terjemahannya.
‘Sungguh sukar melihat rupa-Ku, yang engkau telah saksikan, sedang para dewa sekalipun ingin untuk dapat menyaksikan wujud tersebut’.

Bhagavadgita XI.53 :
naham vedair na tapasa
na danena na cejyaya
sakya evam-vidho drastum
drstavan asi mam yatha

Terjemahannya.
‘Bukan dengan Veda, bukan dengan meditasi pun bukan dengan sedekah dan yajña. Aku dapat dilihat seperti cara ini yang telah engkau lihat Aku’.

Bhagavadgita XI.54 :
bhaktya tv ananyaya sakya
aham evam-vidho ’rjuna
jnatum drastum ca tattvena
pravestum ca parantapa

Terjemahannya.
’Tetapi, melalui jalan bhakti yang tak tergoyahkan, Aku dapat dilihat dalam realitasnya dan juga memasukinya, wahai penakluk musuh (Arjuna)’.

Sebagaimana beberapa pernyataan sloka-sloka Bhagavadgita di atas, tidaklah mudah untuk mengetahui atau memahami apa dan siapa Tuhan itu? Ia “Ada” tetapi tidak memiliki wujud “apa-apa”, Ia tidak memiliki wujud “apa-apa” tetapi “Ada”. Ia tidak memiliki nama apapun tetapi sekaligus semua nama adalah nama-Nya. Ia tidak memiliki warna tertentu, tetapi sekaligus Ia dapat dilukis dengan warna apapun. Ia berada sangat jauh dengan jarak tak terhingga, tetapi Ia juga ada dalam hati sanubari. Ia adalah Esa atau Eka (Tunggal), tetapi sekaligus Ia banyak. Dengan demikian, tidak ada kata atau bahasa yang dapat menjelaskan secara tepat dan sempurna tentang apa dan siapa Tuhan itu. Ada jutaan manusia dan ribuan bahasa manusia di dunia ini, seriring dengan itu maka  akan ada ribuan pula nama Tuhan. Jika ada satu juta bahasa manusia, maka nama Tuhan akan ada satu juta. Jadi klaim-klaim nama Tuhan oleh para penganut agama adalah syah-syah saja sebagai wujud cinta kasih sayang mereka terhadap Tuhan atas iman dan taqwa (sraddha bhakti) yang dimilikinya. Terlepas dari saling klaim tentang nama Tuhan, semua orang dapat berhubungan dengan Tuhan tanpa menggunakan nama tertentu. Sebab, Tuhan adalah Energi yang menopang alam semesta raya ini. Masuk dalam Energi maka kita akan ada di dalam Tuhan. Tuhan meresapi seluruh partikel alam semesta. Cara ini merupakan Teologi yang paling modern, ‘sarwa dharma sama bhawa’ semua dharma atau agama bersumber dari sumber yang sama yaitu bersumber dari Yang Maha Kuasa (TUHAN).                    

Namun demikian, sebagai penganut Hindu tentu punya prinsip-prinsip dasar keimanan dan kebajikan sesuai dengan kitab suci Veda yang menjadi sumber hukum tertinggi sebagai landasan berpijak dan arah gerak dalam kehidupan keberagamaan pun dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan menempat Tuhan sebagai puncak tertinggi dari segala sraddha bhakti-nya, serta arah dan tujuan yang akan ditujunya. Tanpa harus menghina  agama yang lainnya. Dari sumber yang Bindu Konawe pahami bahwa dalam ajaran Hindu menguraikan bahwa suara O merupakan suara yang paling pertama ada di bumi ini. O adalah Ibu Bapak dari segala mantra, puja dan doa-doa yang ucapkan atau dilantunkan. O Tat Sat. O sebagai Tat Sat melingkupi dan meresapi segala mantra, puja dan doa-doa yang dilakukan oleh umat Hindu sesuai dengan pedoman yang telah ada, baik itu saat Sandhya, ataupun aktivitas keagamaan dan keberagamaan yang lainnya. Salam Moderasi Kehidupan Beragama. Unaaha, 23/09/2019-INS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar