MOTTO

RUKUN DAMAI

OPTIMASLISASI PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR KEMENAG KABUPATEN KONAWE MELALUI SIMADU

INTELEKTUALITAS TANPA SILAYUKTI TANPA GUNA

INTELEKTUALITAS TANPA SILAYUKTI TANPA GUNA
Disaat pengetahuan hanya menjadi sebuah ajang untuk menunjukkan intelektualitas, kewibaan, kekuasaan, kebijaksanaan...yang berujung pada rusaknya moralitas dan kedamaian kehidupan....Saraswati dalam keheningan bertanya-tanya kepada Ia atau mereka yang seperti itu...?. Aparan ta prayojananika ring hurip, ring wibhawa, ring kaprajnan, apan wyartha ika kabeh, yan tan tan hana SILAYUKTI. (Sarasamuccaya 160)

WEBSITE UTAMA KANKEMENAG KABUPATEN KONAWE

WEBSITE UTAMA KANKEMENAG KABUPATEN KONAWE
Website Kantor Kementerian Agama Kabupaten dengan alamat : "www.simadu.info", adalah Website Utama sebagai Pusat Bank Data dan Informasi bagi seluruh satker di Lingkup KanKemenag Kab. Konawe. Sedangkan Website Satker Penyelenggara Bimas Hindu Kantor Kemenag Kab. Konawe adalah website jejaring yang terintegrasi dengan Website Utama KanKemenag Kab. Konawe. Klik gambar pada link ini untuk menuju ke Website Utama KanKemenag Kab. Konawe

Kamis, 12 September 2019

"Canang Genten dalam Bentuk Ituk-Ituk dan Ceper - Media Belajar Tattwa, Susila dan Acara Agama Hindu - Oleh I Nengah Sumendra

Media Belajar Tattwa, Susila dan Acara Agama Hindu

CANANG GENTEN
DALAM BENTUK ITUK-ITUK DAN CEPER



Disusun oleh : I Nengah Sumendra


Om Swastyastu,
Semoga dengan Sarana Canang Umat Hindu
Mencapai ‘Ca’ dan ‘Nang’ serta Hening Suci Nirmala

Pada uraian sebelumnya telah diuraikan tentang pengertian Canang. Canang menjadi hal pokok dalam mewujudkan sraddha bhakti bagi umat Hindu khususnya dalam aspek acara (upacara/upakara/ritual) dalam kehidupan sehari-hari maupun hari hari tertentu yang berkenaan dengan hari suci / hari raya-nya. Canang adalah prasarana yang pokok yang diperlukan sebagai wujud persembahan yang tulus kehadapan Tuhan ataupun dengan segala manifestasi-Nya. Canang adalah perwujudan tattwa tapa yoga yang di-nyasa-kan. Mentradisikan atau pembiasaan pembuatan persembahan canang dalam laku Agama Hindu sehari-hari dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperteguh sradha bhakti dan mengendalikan arah gerak dari tri kaya (pikiran, perkataan dan tindakan) setiap indhividu Umat Hindu yang men-sadhana-kannya.


Canang sebagai sarana persembahan dan pemujaan yang sangat sederhana yang telah ditradisikan sebagai salah satu acara Agama Hindu oleh para leluhur Hindu di nusantara dari dulu sampai sekarang, terlebih-lebih masyarakat Hindu di Bali, setiap laku agama-nya sehari-hari selalu menyertakan canang. Canang adalah cetusan sraddha bhakti dalam laku acara Agama Hindu yang paling pokok dan menjadi dasar tampilan sarana upacara upakara yang lebih besar dari segi kwantitas matrial.

Begitu mengagungkannya makna filosofis ataupun nilai-nilai yang terkandung dari Nyasa canang bagi umat Hindu, maka pengetahuan tattwa, susila dan acara yang berkaitan dengan canang menjadi hal yang patut diketahui, dipahami dan dihayati bagi umat Hindu dimanapun berada, sehingga kelak dapat diamalkan sebagai dasar persembahan ataupun pemujaan dalam setiap aktivitas agama dan keagamaan Hindu yang dilaksanakan dalam waktu waktu tertentu maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah kelanjutan uraian sebelumnya tentang canang genten, di antaranya tentang jenis dan cara membuat canang genten. Pada uraiannya telah diuraikan secara singkat tentang canang genten dengan unsur-unsur inti (Nista) yang berbentuk tangkih dan terbuat dari daun pisang. Dibawah ini diuraikan tentang unsur atau bahan-bahan canang genten dalam bentuk Iluk-Iluk dan Ceper yang terbuat dari Janur Kelapa serta disertakan gambar langkah-langkah cara membuatnya sebagai media belajar bagi umat Hindu umumnya dan khususnya bagi generasi Hindu di usia tingkat sekolah. 

Lebih lanjut uraian tentang canang yang dikutip dari beberapa sumber menjelaskan bahwa upakara dengan kuantitas terkecil yang dikenal dengan istilah kanista atau inti dari upakara tersebut “Canang”, untuk dapat megambil smerti dari canang dapat diambil dari kata canang, yang berasal darai suku kata “Ca” yang artinya indah, sedangkan suku kata “Nang” artinya tujuan yang dimaksud (Kamus Kawi Bali). Dengan demikian maksud dan tujuan canang adalah, sebagai sarana bahasa Weda untuk memohon keindahan (Sundharam) Kehadapan Sang Hyang Widhi.

Mengenai bentuk dan fungsi canang menurut pandangan ajaran Agama Hindu di Bali memiliki beberapa bentuk dan fungsi sesuai dengan kegiatan upacara yang dilaksanakan. Canang dapat dikatakan sebagai penjabaran dari bahasa Weda melalui simbol-simbolnya yaitu:

a. Canang yang dialas dengan sebuah ceper, adalah sebagai simbul “Ardha Candra”, sedangkan canang yang dialasi dengan sebuah tamas kecil adalah sebagai simbul “Windhu”.

b. Didalam ceper berisi sebuah porosan adalah sebagai simbul “Silih Asih”, dalam arti umat Hindu harus didasari oleh hati yang welas asih kehadapan Sang Hyang Widhi, demikian sebaliknya sebagai anugerah Beliau.

c. Didalam ceper juga berisi jajan, tebu dan pisang, adalah sebagai simbul “Tedong Ongkara”, menjdai perwujudan dari kekuatan, Utpeti, Stiti, dan Pralina dalam kehidupan di Alam semesta ini.

d. Diatas raka-raka tadi disusunkan sebuah sampian Urasari, adalah sebagai simbul kekuatan “Windhu” serta ujung-ujung sampian tersebuat adalah sebagai simbul “Nadha”.

e. Diatas sampian urasari disusunkan bunga-bunga dengan susunan sebagai berikut :

  • Bunga putih disusunkan pada arah Timur sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Iswara.
  • Bunga berwarna merah disusunkan pada arah Selatan adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Brahma.
  • Bunga berwarna kuning disusunkan pada arah Barat, adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Mahadewa.
  • Bunga berwarna biru atau hijau disusunkan pada arah Utara, adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Wisnu.
  • Kembang Rampai disusunkan tepat ditengahnya adalah sebagai simbul kekuatan “Sang Hyang Panca Dewata”.
Dengan demikian canang adalah mengandung makna sebagai permohonan umat Hindu kehadapan Sang Hyang Widhi (berwujud Ongkara) bahwa umatnya memohon kekuatan, untuk itu agar beliau bermanifestasi menjadi kekuatan Ista Dewata.

Pada sumber selanjutnya juga dijumpai beberapa makna bahan-bahan yang terkandung dalam canang secara umum, tak terkecuali bahan yang terkandung dalam canang genten. Adapun beberapa makna simbolis yang terkandung dalam canang adalah:

  • Palawa melambangkan ketenangan atau kesucian,
  • Reringgitan / alas canang melambangkan kesungguhan hati,
  • Sirih melambangkan Hyang Wisnu,
  • Kapur melambangkan Hyang Siwa,
  • Pinang melambangkan Hyang Brahma,
  • Tali porosan melambangkan manunggalnya Tri Kona yaitu Hyang Brahma-Wisnu-Siwa menjadi Tuhan Hyang Tunggal,
  • Bunga melambangkan keharuman dan ketulusan hati,
  • Pandan Harum/wangi-wangi merupakan alat pemusatan pikiran ke arah kesucian dan manunggalnya budhi pada yang di Puja (Tuhan).
Demikian pula pada sumber yang lain dijumpai penjelasan tentang Arti dan Fungsi Bunga. Arti bunga dalam Lontar Yadnya Prakerti disebutkan sebagai ”... sekare pinako katulusan pikayunan suci”. Artinya, bunga itu sebagai lambang ketulusikhlasan pikiran yang suci. Bunga sebagai unsur salah satu persembahyangan yang digunakan oleh Umat Hindu bukan dilakukan tanpa dasar kita suci. Untuk fungsi bunga yang penting yaitu ada dua dalam upacara. Berfungsi sebagai simbul, Bunga diletakkan tersembul pada puncak cakupan kedua belah telapak tangan pada saat menyembah. Setelah selesai menyembah bunga tadi biasanya ditujukan di atas kepala atau disumpangkan di telinga. Dan fungsi lainnya yaitu bunga sebagai sarana persembahan, maka bunga itu dipakai untuk mengisi upakara atau sesajen yang akan dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa ataupun roh suci leluhur. Dari Bunga, buah dan daun di Bali dibuat suatu bentuk sarana persembahyangan seperti : canang, kewangen, bhasma dan bija. Canang, kewangen, bhasma dan bija ini adalah sarana persembahyangan yang berasal dari unsur bunga, daun, buah dan air. Semua sarana persembahyangan tersebut memiliki arti dan makna yang dalam dan merupakan perwujudan dari Tatwa Agama Hindu.

Sedangkan Arti dan Fungsi Canang, merupakan upakara yang akan dipakai sarana persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Bhatara Bhatari leluhur. Dengan Unsur - unsur pokok daripada canang tersebut adalah:

  • Porosan terdiri dari : pinang, kapur dibungkus dengan sirih. Dalam lontar Yadnya Prakerti disebutkan : pinang, kapur dan sirih adalah lambang pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Tri Murti.
  • Plawa yaitu daun-daunan yang merupakan lambang tumbuhnya pikiran yang hening dan suci, seperti yang disebutkan dalam lontar Yadnya Prakerti.
  • Bunga lambang keikhlasan
  • Jejahitan, reringgitan dan tetuasan adalah lambang ketetapan dan kelanggengan pikiran.

BENTUK DAN FUNGSI CANANG GENTEN
Pada prinsipnya canang genten sama dengan canang sari, hanya ditambahkan dengan jajan kekiping, pisang mas, dan bubur sesuruh merah dan putih, dan masing-masing bubur tersebut dibungkus dengan janur digiling menyerupai sebatang rokok, serta diletakkan dibawah sampian urasari. Fungsi canang ini adalah sebagai sarana persembahan ataupun pemujaan sehari-hari, baik itu di dilingkungan keluarga maupun dilingkungan parahyangan desa yang berlaku umum bagi umat Hindu. Namun banyak pula dijumpai penggunaannya di gunakan untuk memohon anugerah keremajaan atau kayowanan. Itulah sebabnya canang genten sering dijumpai dipergunakan pada pelaksanaan Upacara Ngeraja Sewala/Ngeraja Singa, upacara potong gigi dan pada upacara perkawinan.


MEDIA BELAJAR : BAHAN DAN CARA MEMBUAT
CANANG GENTEN DALAM BENTUK ILUK-ILUK DAN CEPER/SEGI EMPAT
CARA MENATA (TETANDINGAN) CANANG GENTEN DALAM BENTUK ILUK-ILUK

Adaoun bahan-bahan dan cara menata Canang Genten dalam bentuk iluk-iluk yang terbuat dari janur kelapa, adalah sebagai berikut :

Bahan-Bahan :

· Slepan atau Janur
· Biting atau semat
· Porosan
· Bunga Pacar Air
· Bunga Kembang Seribu
· Bunga Mitir
· Bunga Kembang Rampai
· Bunga dan Warna Boleh Menyesuaikan dengan kondisi tempatnya berada, kesucian, kebersihan dan kesegaran bunga tetap harus dijaga.

Cara Menatanya :
Slepan atau janur ituk-ituk (ilkuk-iluk) terlebih dahulu. Jumlahnya tergantung banyaknya kebutuhan dan tempat persembahan atau pemujaan yang akan dilangsungkan. Setelah selesai membuat ituk-ituk maka di atasnya diisi porosan, barulah kemudian disusun dengan bunga-bunga dan kembang rampe.


CARA MENATA (TETANDINGAN) CANANG GENTEN DALAM BENTUK CEPER ( NISTA )

Adapun bahan-bahan dan cara menata Canang Genten dalam bentuk ceper yang terbuat dari janur kelapa, adalah sebagai berikut :


Bahan-Bahan :
· Janur yang sudah di bentuk Ceper
· Biting atau semat
· Porosan
· Bunga Pacar Air
· Bunga Kembang Seribu
· Bunga Mitir, Cempaka, Jepun
· Bunga Kembang Rampai
· Bunga dan Warna Boleh Menyesuaikan dengan kondisi tempatnya berada, kesucian, kebersihan dan kesegaran bunga tetap harus dijaga.

Cara Menatanya :
Pertama-tama janur dipotong dibuat ceper, baik itu ceper sibakan/dibelah/disobek atau ceper bungkulan/utuh. Kemudian di atasnya diisi porosan dan tanda tapak dara sebagai simbol swastika dibuat lebih panjang, sehingga berfungsi sebagi duras. Selanjutnya dijarit jadi satu dengan porosan, barulah di atasnya disusun bunga-bunga dan kembang rampenya.


MEDIA BELAJAR CANANG GENTEN DALAM BENTUK GAMBAR
1. Media Gambar Canang Genten dalam Bentuk Iluk-iluk/ituk-ituk (Nista) :




2. Media Gambar Canang Genten dalam Bentuk Ceper (Nista) :




Uraian tentang beberapa Jenis Canang masih berlanjut pada tulisan berikutnya...


Daftar Pustaka : Kumpulan dari Beberapa Sumber, di antara-nya;
· Tim Penyusun.2017. “Gambar Sarana Persembahyangan”. Paramita - Surabaya.

Om Santih, Santih, Santih Om,
Unaaha-Konawe, 22 Mei 2018
Om Subhamastu – Dandavat Pranam- Om Guru Dewa Bhawa
Media Belajar Agama Hindu -Koleksi Pribadi - Mendrajyothi

Posting By:
Staf Pengadministrasi Penyelenggara Bimas Hindu Kemenag Kab. Konawe (INS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar